CHAPTER 8 : Telur berulah

736 136 57
                                    

Guys, pertama-tama aku makasih banget kalian udah vote and comment buat ceritaku

Aku juga terharu kalau kalian masukin ceritaku ke reading list

Tapi, jangan masukin ke list bl donggg
😭

Nangis banget akutuh, kalau sampe ada yang bilang aku lagi nangis bahagia. Aku getok palanya pakek tupperware emakku ya

Apapun asal jangan masukin ke list bl yaa, makasih
 ̄へ ̄

Oke deh enjoyy
(๑・ω-)~♥”

***

Matahari tanpa terasa telah semakin condong ke Barat, membuat para pekerja Mansion Raceworth bergegas menyelesaikan tugas-tugas mereka agar dapat menghidangkan makan malam tepat waktu. Para penjaga yang berpatroli di sekitar Mansion pun bertambah, karena semakin condongnya matahari ke Barat, semakin remang-remang pula cahaya di wilayah kekuasaan Marquis atau bisa disebut March. Hal itulah yang paling disukai  para monster perbatasan.

Leon yang merasa ia telah cukup lama berada di perpustakaan, akhirnya merapikan kembali buku-buku yang telah ia ambil ke rak-rak setinggi dinding Mansion itu. Lengan dan ototnya yang kuat merasa pegal karena terlalu lama duduk, ia tak terbiasa membuat tubuhnya diam di tempat untuk waktu yang lama.

"Aku harus segera kembali. Jika tidak, Elf itu pasti akan melakukan sesuatu yang ceroboh lagi," kata Leon pada dirinya sendiri. Sembari berjalan menuju pintu keluar perpustakaan, ia meregangkan lengannya hingga otot-otot bisepnya semakin terlihat, ia bahkan lupa mengganti bajunya yang lengannya telah ia sobek untuk membalut luka Aine.

Tiba-tiba kantong di pinggangnya yang sedari tadi tenang, sekarang berayun pelan seakan baru bangun dari tidur lelap.

Kyuu

"Hmm?" gumaman penuh tanda tanya keluar dari mulut Leon saat ia mendengar suara lucu itu. Gerakan berayun di pinggangnya juga terasa semakin kuat, hingga membuatnya melirik pada telur yang selalu berada di pelukan Elf itu.

Benar saja, telur merah membara itu berayun ke depan dan belakang menggunakan kantong yang Leon ikatkan pada pinggangnya. Seringai licik terpatri di bibir Leon saat ia merasa bahwa telur itu sedang kesal karena dipisahkan dengan Aine.

"Ada apa telur unta? Kau mau kembali ke ayahmu? Sayang sekali, saat kau tidur tadi, ia menjualmu padaku. Malam ini hidangannya adalah telur dadar," ejek Leon dengan puas. Entah mengapa ia sudah memiliki dendam pribadi kepada telur yang belum menetas itu. Mungkin karena pemilik telur itu telah membuatnya memiliki darah tinggi hanya dalam sekali bertemu.

Telur Naga Merah terdiam sesaat. Pantas saja ia tak merasakan aura lembut milik ayah angkatnya, ternyata ia bersama remaja kasar yang telah menyelamatkan ayahnya! Apakah Telur Naga Merah peduli dengan remaja tampan ini? Cuih... Tidak! Ia hanya ingin dipeluk dan dicium oleh ayahnya!

Lagipula, apa-apaan tipuan murahan yang biasa digunakan untuk anak kecil itu? Apa pemuda ini tak tau bahwa ia adalah sang Naga yang sangat jenius? Ia tak akan tertipu! Mana mungkin ayahnya yang lembut membuangnya.

Dasar bedebah sialan! Singkirkan seringai menyebalkan itu dari bibirmu!

Dengan sekali lompat, telur Naga Merah berhasil keluar dari kantung di pinggang Leon dan menggelinding di lantai dengan kecepatan tinggi. Membuat Leon yang biasanya acuh, terpana karena kejadian absurd yang menimpanya.

"Sialan! Berhenti!" teriak Leon dengan kesal sembari berlari mengejar saat Telur Naga telah menggelinding keluar pintu perpustakaan yang terbuka, berusaha menemukan ayahnya. Bahkan para penjaga di pintu perpustakaan hampir melempar Telur itu dengan tombak jika Leon tak melarang mereka.

I Became the Third Male Lead of a Sadistic Female ProtagonistWhere stories live. Discover now