CHAPTER 5 : Diselamatkan Oleh Antagonis

807 152 45
                                    

Guys, chapter 4 aku keliru ya, ayahnya Lynnox itu bukan Duke tapi Archduke, soalnya tingkatan Archduke lebih tinggi

Nah jangan lupa vote and komen yaa
(。・ω・。)ノ♡

***

"AHHHHHHHHH! SIALANNNNN!!!"

Apa kalian bertanya-tanya teriakan melengking milik siapa itu? Benar, itu adalah teriakan penuh umpatan dari Aine.

Baru saja ia menuju ke arah Selatan sesuai petunjuk burung elang, Ia sudah bertemu dengan Goblin bungkuk berwarna hijau dengan lendir di mulutnya yang muncul entah dari mana.

Aine juga tak bisa memanjat pohon setinggi pohon di anime Narto yang sering Ia tonton saat kecil karena ia tak bisa terbang, jadi ia hanya bisa berlari sekuat tenaga menyusuri jalan setapak kecil di tengah hutan lebat. Itu adalah jalan pintas yang di katakan oleh hewan-hewan di hutan tadi.

Sekarang bahkan Aine tak mempunyai waktu untuk menangis atau meratapi nasibnya. Bagaimana tidak? Saat Ia menoleh kebelakang, tatapannya bertemu dengan ekspresi lapar goblin pendek yang sedari tadi menjilati mulut berlendirnya sambil menatap Aine seakan Aine adalah seekor mangsa yang empuk dan lezat. Membuat Aine mempercepat langkah kaki rampingnya, hingga telapak kaki lembutnya telah banyak tergores dan mengeluarkan jejak darah. Sayang sekali, darah manis Aine membuat goblin itu semakin menggila dan mempercepat langkah kakinya untuk mengejar Aine.

Telur Naga Merah di pelukan Aine terus berdesing dan memanas, ingin menendang pantat Goblin yang telah menakuti ayah barunya dengan semua kekuatannya. Hanya saja Aine terlalu panik dan mempererat pelukannya pada Telur Naga itu, membuat Telur Naga Merah hanya bisa menyaksikan ayah barunya dikejar oleh Goblin jelek tanpa daya. Kabar baiknya, Aine telah diterima dengan baik sebagai ayah baru seekor Naga yang belum lahir.

Hanya saja, visi buram dari dalam telur benar-benar tak membantu Telur kecil untuk melihat wajah menawan ayah barunya, namun ia bisa merasakan dimana posisi Goblin itu serta rasa sesak dan takut dari Aine. Membuatnya terbakar amarah dan ingin segera memecahkan telurnya saja! Namun, Ia hanya bisa menahannya, ini demi pengembangan sempurna kekuatannya, Ia tak boleh menetas dahulu.

Saat Telur dipelukannya berhenti berdesing, Aine juga berhenti berteriak panik, karena Ia melihat ada dua arah berbeda di depan jalannya. Dengan kepercayaan diri penuh, Aine berlari menuju arah kiri, seperti yang Ia ingat jika Ia harus pergi ke Kerajaan Siluman, tempat teraman baginya saat ini.

Namun sepertinya, papan petunjuk yang dilewatinya bukan bertuliskan Kerajaan Siluman... .
Mari berharap Aine tak menerima kesialan lebih jauh lagi.

Suara serak dan melengking dari tenggorokan Goblin membuat Aine berlari dengan lebih putus asa, tanpa memedulikan berapa banyak kerikil di jalan kecil yang telah melukai telapak kakinya.

Aksi 'ayo tangkap aku jika kau bisa' yang dilakukan oleh Aine dan Goblin itu terus berlanjut hingga jalan berwarna cokelat tua dibawah mereka mulai berubah warna menjadi cokelat terang. Mata biru glester Aine berbinar penuh kegembiraan saat ia melihat cahaya terang diujung hutan.

Walau kakinya sudah mati rasa dan napasnya seakan-akan terkuras dari paru-parunya, namun Ia masih punya harapan! Setitik air mata jatuh di pipi Aine saat jarak cahaya itu hanya sepuluh meter darinya.

Namun, senyum leganya segera menghilang, digantikan oleh teriakan kesakitan saat Goblin itu melemparkan sebatang kayu sebesar lengan orang dewasa ke pergelangan kaki Aine, membuat tubuhnya dengan cepat terjatuh ke belakang.

Syukurlah reflek Aine bagus, jadi Ia bisa membalikkan tubuhnya dan menahannya dengan siku dan telapak tangan miliknya menjadi posisi tengkurap, sebelum belakang kepala yang vital terbentur batu. Ia juga bersyukur telur Naganya tidak berbenturan dengan tanah karena dilindungi oleh lengannya.

I Became the Third Male Lead of a Sadistic Female ProtagonistWhere stories live. Discover now