9 ლJiwaku sudah mati sejak ituლ

3.5K 305 17
                                    

Aku tidak bisa mengatakan lagi aku baik-baik saja

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Aku tidak bisa mengatakan lagi aku baik-baik saja. Aku sudah begitu sangat rapuh, tapi masih ada saja yang mencoba untuk hancurin. Namun silakan jika ingin menghancurkan untuk lebih dalam. Hancurkan sehancur-hancurnya raga ini bersama jiwanya jika bisa hingga tak lagi bernyawa.

-MELANCHOLIA-

🛫🛫🛫

Sementara di dalam rumah terdengar begitu jelas suara hantaman tak ada henti kembali memukul Asaura dengan hebat ketika ia kembali menginjak kaki hanya untuk adu argumentasi dengan Agam; Sang Ayah.

Ya.

Asaura.

Lagi.

Gadis itu kembali pada rumah kediamannya. Bukan semata untuk bertemu Agam. Tetapi, Agam lah yang membawa sang anak sulung—Asaura—masuk pada rumah di mana sudah tak ada lagi bisa dikatakan itu rumah pulang yang dirindukan.

Tangisan pecah Syifa ketika melihat Asaura ditampar—ditarik rambutnya hingga rontok—botak bagian depan membuat sayatan hati tersendiri pada si kembar; Arsy dan Syifa.

Mereka diam? Tidak. Dua remaja kembar yang duduk dibangku SMP kelas 3 selalu berusaha menolong. Nyatanya hantaman mengenai mereka hingga terlukis begitu jelas lebam ungu.

“Udah Pah! Berhenti buat kami semua enggak waras karena dihancurkan orang tuanya sendiri!” jerit Arsy yang mencoba bangun—tertatih akibat betisnya terasa nyeri usai diinjak oleh Agam.

Arsy menarik kuat kemeja Agam. Ia mencoba menarik lengan kekar Agam dikala masih menarik sekuat tenaga rambut Asaura sekali lagi tetapi berakhir naas. Remaja belasan ini dihantam dengan sikut Agam sehingga tersungkur dan mengenai bibir yang tak sengaja tergigit sendiri hingga berdarah—bercucuran karena robek kecil pada bibir atas dan satu gigi geraham lepas hingga tersedak.

Asaura yang melihat langsung gemetar. Seumur hidup. Ini kali pertama ia melihat penyiksaan batin yang hebat. Apa yang ia tulis untuk cerita 'ASAVELLA' juga terjadi pada kehidupan nyatanya.

"Demi Allah, Pah! Demi Allah! Asa enggak ajarin Syifa buat bolos sekolah! Udah, pah! Udah! Bibir adek berdarah itu loh! Jangan tanamkan trauma di usia mereka yang harusnya butuh papah!” teriak Asaura yang mencoba melepaskan tarikan rambutnya dari tangan kekar Agam. Asaura tidak melihat dirinya yang sudah penuh lebam. Karena terpenting adalah kedua adiknya sekarang.

“TERUS KENAPA ADEK KAMU SAMA KAMU! KAMU MAU AJARIN ADEKMU SENASIB SIAL KEK KAMU, HA?”

“DEMI ALLAH ASA GAK AJARIN ADEK BOLOS! ADEK DIRUNDUNG PAH. NGERTI NGGAK SIH PAPAH! BATIN DAN PSIKIS MEREKA HANCUR. NIAT SEKOLAH JUSTRU JADI BABAK BELUR!” jeritan penuh ngilu di kala Asaura merasakan panas—nyeri di kala segenggam rambutnya rontok.

“BANYAK ALASAN KAMU! UMUR TUA BUKAN CONTOHIN ADEKNYA HAL BAGUS!!” Agama memelintir tiap kulit pada lengan Asaura sementara gadis itu memukul-mukul ubin lantai yang dingin untuk menahan nyeri panasnya cubitan itu.

MELANCHOLIA Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin