10. ლRusak ditangan Ayah Sendiri ლ

4K 273 56
                                    

“Luka basah yang belum kering harus tergores luka baru hingga bernanah. Trauma itu akan menjadi luka batin yang membuat cacat selamanya.”
-Asaura Audida-

🛫🛫🛫

“Sudah kangen aku belum untuk hari ini?”

Asaura yang baru saja menutup—mengunci rolling door tempat ia bekerja langsung menoleh ke arah di mana sorot lampu dari motor mulai dimatikan.

Asaura bisa menatap senyum laki-laki yang paling ia rindukan.

Sangat.

Sangat rindu. Seolah ini sebuah fana yang tak akan menjadi nyata. Tapi semua itu telah dipatahkan ketika Arkhan turun dan mulai mendekati Asaura.

Ia menoel pipi Asaura. “Hey, aku lagi tanya sama kamu, kak. Sudah kangen aku untuk hari ini?” ulang Arkhan yang mendekatkan wajahnya pada sang mantan kekasih.

Tapi reaksi Asaura hanya diam. Entahlah, pikiran Aura tengah kacau untuk kali ini.

“Aku harus pulang, Khan. Permisi,” ucap Asaura yang dimana selama dialog itu terlontar pandangannya selalu turun.

Arkhan tidak membalik badan. Namun jika ia tidak mencegah itu salah besar. Sebab, tujuan Arkhan bertemu Aura untuk mendapatkan penjelasan kejadian lusa lalu. Asaura tidak membalas satupun pesan dari Arkhan. Itu membuatnya frustasi.

Asaura yang mencoba terburu-buru pergi dari hadapan Arkhan harus terhenti. Dikarenakan pergelangan tangan kanannya digenggam lembut oleh laki-laki yang kini berjalan beberapa langkah untuk bisa berasa di hadapannya.

“Kenapa kamu menghindar?” Itulah lontaran Arkhan Dikantara kepada Asaura Audida dengan nada yang memperlihatkan dirinya menahan diri untuk tidak berkata menggunakan nada tinggi.

Barangkali di sini Asaura langsung menjawab itu akan melegakan satu beban pikiran Arkhan dari banyaknya pertanyaan.

Sedikitpun perempuan itu tidak sama sekali menatap netra dari lawan bicaranya. Ia memilih menunduk dan menatap sepatu dari sang lawan bicara.

“Bahkan kamu enggak mau menatap aku lagi, kak? Aku berusaha memperbaiki hubungan kita setidaknya menjadi teman,” jelas Arkhan yang mulai mencoba memegang kedua bahu Asa.

“Kenapa dari kemarin menghindar dari aku? Kenapa dari kemarin aku chat centang dan sekali on enggak dibal—”

“—Karena aku takut jatuh cinta lagi dan lagi sama kamu, Khan!” potong Asaura begitu hebat tanpa membiarkan Arkhan menyelesaikan dialognya.

“Tingkahmu kelabu bikin aku bingung. Sebenarnya, kamu masih memiliki rasa sama atau datang padaku karena kamu tahu aku masih mencintaimu dan enggak akan bisa menolak kehadiranmu!”

Arkhan terkesiap. Bentakan kecil Asaura adalah sulut api yang sudah dipendam terlalu lama. Kurang lebih ada lima bulan mereka tidak saling bertemu usai hubungan yang kandas. Mereka baru bertemu lusa lalu saat kejadian yang tidak ingin terjadi oleh Asaura.

“Maka jangan jatuh cinta lagi, anggap itu angin berlalu. Aku lagi gamau bahas cinta-cintaan. Aku mau bahas kamu dan aku bisa jadi teman tapi kata asing,” ucap Arkhan seraya mendongakkan dagu Asa—sekadar untuk melihat wajah yang sebenarnya ia rindukan.

MELANCHOLIA Donde viven las historias. Descúbrelo ahora