11. ლTrauma Medusaლ

4.1K 305 64
                                    

Penyakit mental itu memang tidak terlihat dan sering disepelekan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Penyakit mental itu memang tidak terlihat dan sering disepelekan. Tetapi dia begitu mematikan untuk sang penderita. —Asaura Audida

🛫🛫🛫

“Semalaman, Arsy enggak bisa tidur.”

Asaura yang tengah disibukkan mempersiapkan bekal makanan untuk kedua adiknya langsung segera mungkin menghapus air mata menggunakan punggung tangan— yang di mana buliran tersebut jatuh terus menerus.

Wajah yang kurang tidur, mata yang sembab serta pikiran yang begitu kacau membuatnya lebih banyak melamun dan terkadang tidak mendengarkan apa yang tengah dibicarakan sang adik.

“Suara jeritan dari kamar papah. Sama waktu itu Arsy mendengar hal serupa.”

Tentu. Mendengar hal itu Asaura terdiam sejenak usia menutup kedua bekal makan dengan dua warna yang berbeda serta tag name di atas tutupnya.

“Kak?” panggil Arsy seraya menarik kaos Asaura pelan. “Jujur denganku, kamu kemana semalam? Kenapa lama sekali. Apa semua baik-baik saja? Kamu boleh berbohong pada banyaknya orang untuk menutupi segala lara, tapi ceritakan segala lara itu kepada adikmu ini. Berbagilah lara dan tawamu pada ku. Aku perisaimu kak. Lukamu adalah lukaku.”

Seluruh ingatan Asaura langsung berputar pada bagaimana tubuhnya dipermainkan hebat oleh Agam dan teman-temannya. Rasa perih pada bagian bawah juga masih terasa hingga hari ini. Asaura merasa dirinya begitu kotor dan menjijikan. Rekaman buruk itu membuat lamunan dengan derai bulir tiada henti.

“Kok melamun? Pasti berisik sekali, ya? Sampai berisiknya dunia kalah dengan berisiknya kepala yang sekarang apa-apa dipaksa memendam sendiri tanpa bercerita.” monolog Arsy berhasil memecahkan setengah lamunan Asaura.

Asaura mencoba menghindari kontak mata dengan Arsy yang dimana laki-laki berseragam putih abu-abu dengan almamater biru laut ada di samping berusaha menarik senyum sebisa mungkin meski air mata jatuh—kemudian ditepisnya dengan kasar.

“Berangkatlah, pulang nanti juga dijemput Kak Ioo sama Kak Bagus. Uang SPP bulan lalu dan bulan ini dibayar, jangan enggak. Mengerti?” tutur Asaura yang langsung melewati Arsy dengan tergesah-gesah memasukkan bekal kedua adiknya pada kedua tas yang berbeda.

Syifa yang melihat gelagat sang kakak sedikit aneh langsung mengambil tas ransel pink yang baru saja di tata rapi oleh Asaura.

“Kakak dapat uang dari mana? Semalam janji cuma lunasi SPP bulan ini. Tapi kenapa bulan lalu juga? Dan jawab pertanyaan Arsy. Arsy tanya sama kakak loh, semalam dari mana dan kenapa tidak tidur dengan kami? Jangan bohongi kami. Jangan abaikan kami sebagaimanapun kami ini masih keluarga kamu, kak.” Syifa mempertegas seluruh emosinya kepada sang kakak yang bersikeras selalu menghindari setiap pertanyaan-pertanyaan dan menyembunyikan segala laranya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MELANCHOLIA Where stories live. Discover now