03: kajian

5K 277 2
                                    


"Kagumi saja dia, jangan berpikir untuk memilikinya. Karena bukan kamu yang dia inginkan."

~Adam Rayyan Rizqullah~

Najla tengah bersiap-siap untuk pergi ke pergi ke Gramedia, guna membeli beberapa buku religi dan novel islami.
Gadis itu mengenakan gamis hitam juga khimar berwarna cream menutupi dada.

Dengan langkah riang Najla berjalan menuju ruang keluarga, tempat Bundanya berada. Ia berniat meminta izin.

"Bunda." Panggil Najla membuat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik walau umurnya tak muda lagi itu menoleh. "Kenapa sayang?." Tanyanya.

"Aku izin ke Gramedia ya? Mau beli beberapa buku." Izinnya.

Belum sempat membuka suara, tapi suara seseorang lebih dulu menginstrupsi mereka. "Assalamu'alaikum." Ucap Ayah membuat Najla dan Bunda menoleh.

Kedua perempuan kesayangannya itu menghampirinya dan mengecup tangannya takzim. "Wa'alaikumussalam."

"Ayah tumben jam segini udan pulang." Ucap Najla, jam baru menunjukan pukul 14:35 tapi ayahnya sudah pulang.

"Loh, Adek nya aja yang terlalu betah di jogja sampai gak biasa liat ayah pulang jam segini." Sindir Ayah membuat Najla menyengir malu.

Ayah Saprudin meneliti penampilan putri bungsunya dari atas sampai bawah. "Adek mau kemana? Tumben rapih." Pertanyaan itu membuat Najla mencebikan bibirnya kesal.

"Ayah kira, Aku itu tiap hari kucel, dekil dan cemong?."

"Ngga sayang, beneran Ayah tanya, Adek mau kemana?."

"Mau ke Gramedia, Ayah. Beli buku."

"Sini duduk dulu, ada yang mau Ayah bicarain." Ajak Ayah Saprudin sambil menarik dua perempuan kesayangannya duduk di sofa.

Ayah Saprudin menghela nafas sebentar lalu bertanya pada Najla. "Adek mau lanjut kuliah atau gimana?. Kalau mau kuliah di jakarta nanti akan Ayah daftarkan."

"Kalau aku gak mau lanjut kuliah, apa Ayah sama Bunda bakal marah." Bunda tersenyum mendengar pertanyaan itu lalu menggenggam tangan putri bungsunya yang memang duduk di tengah-tengah antara ia dan suaminya.

"Ayah sama Bunda tidak melarang adek buat lanjut kuliah, dan juga tidak akan marah kalau memang keputusan adek buat tidak melanjutkan ke kuliah."Ayah sama Bunda hanya bisa mendoakan yang terbaik." Jawab Bunda Ema membuat Najla senang.

"Aku mau kuliah tahun depan InsyaAllah." Putus Najla.

"Nak, kalau di hati kamu tidak sreg tidak apa-apa jangan dipaksa." ucap Ayah ia khawatir dengan putri bungsunya yang selalu cemas lalau melihat orang baru dan lingkungan baru. Apalagi keramaian.

"Ngga Ayah. Aku mau tapi pingin ngambil kelas karyawan kalau ngga online."

"Yasudah kalau itu maunya Adek."

"Mendingan nikah dek." Timpal Bunda. Ia sering sekali memergoki Putri bungsunya ini me-reog kalau membaca novel islami tentang romantisnya pasangan suami istri.

Dengan senyum malu-malu Najla menepuk paha Bundanya. "Ih Bunda, tau aja apa yang aku ingin. " Jawaban itu membuat kedua orang tuanya terbelalak kaget. Ini kah alasan putri bungsu mereka agak sedikit susah untuk kuliah.

"Lah emang adek udah ada calon?." Tanya Ayah Saprudin tegas. Untuk menyangkut pasangan hidup anak-anaknya ia sangat seleksi. Bukan. Bukan dari pangkat tapi dari akhlaknya.

"Belum Ayah."

"Yasudah nanti saja nikahnya, Ayah belum siap adek dimiliki oleh lelaki lain." Ucapan Ayah terdengar sangat posesif.

TAKDIR TERBAIK (On Going) Where stories live. Discover now