18: Perkara Panggilan Suami

5K 328 26
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jangan lupa vote yaa



"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Salam kedua pengantin baru itu kala sudah sampai di rumah dinas yang akan ditempati.

"Semoga Dek Najla betah ya disini." Najla mengangguk.

Sikap Najla sedari di mobil tampak aneh dimata Mayor Adam karena gadis itu lebih banyak diam. Kan Mayor Adam jadi overthinking.

"Pak Mayor, kita satu kamar?." Tanya Najla. Sedangkan Mayor Adam tersenyum akhirnya Najla mau membuka suaranya. Tidak tahu saja lelaki itu kalau Najla sedang bingung memikirkan novel yang tertinggal.

"Iya, Dek. Memangnya kenapa?."

Najla menggeleng. "Nggak sih, cuman dari novel yang aku baca kalo pengantin nikah tanpa pacaran dan belum mengenal lebih dalam bakal pisah kamar dulu." Jelasnya.

"Kenapa berpikir seperti itu?."

"Ya siapa tau bakal ngikutin yang di novel."

"Ndak sayang, ini dunia nyata bukan fiksi."

Bohong sekali Mayor Adam ini memberikan persepsi. Padahal ia tidak bisa tidur kalau tidak memeluk Najla. Walaupun baru satu malam tidur bersama. Najla adalah Candunya.

"Ayo masuk, Dek." Ajak Mayor Adam ia menggiring istri kecilnya untuk masuk kedalam rumah.

Najla meneliti seisi rumah lantai satu ini, minimalis tapi nyaman. Najla berharap agar lingkungannya juga nyaman. Mata gadis itu menelisik setiap ruangan, meninggalkan Mayor Adam yang memasukan koper kedalam kamar mereka.

Gadis itu tengah mencari foto mendiang istri suaminya. Ia mau berkenalan walaupun cuman melihat lewat sebuah foto. Ia juga meminta restu untuk pernikahannya dengan Mayor Adam.

"Maaf ya, Dek rumahnya kecil." Ucap Mayor Adam tidak enak.

"No, bukan seperti itu. Ini rumah enak dan nyaman. Aku pasti betah soalnya gak bakal terlalu capek beresin rumah." Najla menyengir membuat Mayor Adam mengelus kepala Najla yang tertutup khimar.

"Kamu itu istri saya, tidak wajib membereskan rumah itu tugas suami." Ucap lelaki itu.

"Loh gapapa, selagi bisa."

"Jangan capek-capek ya, nanti kalau butuh bantuan bilang sama saya. saya akan sangat senang kalau kamu mau bergantung dengan saya." Najla mengangguk sambil tersenyum.

"Istirahat dulu Dek, biar pakaian nanti saya yang beresin. Takutnya kamu capek di perjalanan."

Najla tertawa lirih mendengar perkataan Mayor Adam. "Hahaha, Pak Mayor jarak dari rumah Ayah ke batalyon itu gak jauh cuman sepuluh menitan... Jadi gak capek. "

Najla dan Mayor Adam masuk kedalam kamar setelah Najla mengatakan ingin membereskan pakaian.

"Nah Adek bisa menaruh pakaian di lemari ini." Ucap Mayor Adam menunjukan lemari pakaian empat pintu. "Adek bisa pakai tiga pintu ini."

"Lho baju Mayor Adam gimana?."

"Baju saya sedikit, satu pintu saja cukup."

Setelah itu Najla mulai merapikan pakaiannya, sampai akhirnya Mayor Adam sudah menyelesaikan merapihkan pakaian yang ia bawa dari rumah orang tuanya.

Lelaki itu melihat Najla yang masih merapihkan pakaian milik gadis itu. "Saya bantu, Dek." Ucapnya lalu membuka koper kecil yang entah isinya apa.

Najla menjawab iya tanpa melihat apa yang dilakukan suaminya.

TAKDIR TERBAIK (On Going) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant