07: Bimbang

4.5K 317 10
                                    

"Ketakutan terbesar perempuan adalah, ketika ada lelaki lain datang melamarnya dan orang tuanya menerima. Padahal dia sendiri tengah menunggu lamaran orang yang dia cinta."

~❤❤❤~


"Yang sabar Mas." Ucap adek laki-laki Mayor Adam yang datang tiba-tiba membuat Mayor Adam kaget.

"Emang secantik apa sih Umi, ceweknya?." Tanya Arhan, Adek bungsu Mayor Adam.

"Cantik, manis, ramah, ceria, sopan-" Mayor Adam merona mendengar pujian dari Umi Aisyah untuk Najla. Entah mengapa ia merasa bangga dengan ucapan Uminya. 'Tapi, Dek... Mas kamu ini pedofil." Mayor Adam tersedak ludahnya sendiri mendengar lanjutan dari ucapan Umi. Ibaratnya habis dibawa terbang melayang ke angkasa lalu dihempaskan begitu saja. Jangan salahkan ia yang jatuh cinta pada gadis 18 tahun. Salahkan gadis itu, kenapa lahirnya kelamaan. Dan membuat perbedaan umur mereka sangat jauh.

"Emang umur berapa, Umi?." Tanya Arhan penasaran.

"Delapan belas tahun." Jawab Umi enteng.

"Masih dibawah Umar dong?!." Pekik Arhan tidak percaya.

"Dibawah umur!." koreksi Abi, Umi dan Mayor Adam. Arhan ini sering sekali salah mengucapkan kata. Heran, lidahnya suka sekali typo.

"Ya kan, Umar sembilan belas tahun. Masih dibawah Umar." Arhan mengeles tidak ingin disalahkan.

"Tapi, beneran Mas?." Mayor Adam menatap Arhan bingung.

"Pedofil." Mendengar ucapan menjengkelkan itu, lantas mayor Adam melempar kacang kearah Arhan.

"Mas, Astaghfirullah...." Arhan beristighfar, ia masih tak percaya dengan kelakuan Masnya yang menyukai remaja 18 tahun. Bahkan umur gadis itu lebih muda dari dirinya.

"Diam." Arhan menahan tawa, konyol sekali Masnya ini. Ya walaupun hati tidak bisa memilih ingin jatuh cinta dengan siapa.

"Sudah-sudah. Kamu ini Arhan selalu saja usil." Abi Jafar masih sibuk dengan kegiatan membersihkan mainan lato-latonya. Lelaki sudah lewat setengah abad itu sedang senang-senangnya bermain lato-lato.

"Mau tanding sama siapa lagi, Bi?." Tanya Arhan melihat Abinya sangat tekun membersihkan lato-lato. Sebenarnya ia ingin sekali melarang Abinya bermain mainan yang membagongkan itu, tapi ia takut dikira anak durhaka karena melarang kesenangan orang tua. Tapi yang membuat ia tak habis pikir kenapa Abinya ini kalau bergadang selalu main lato-lato. Berisiknya itu loh.

"Mau ngajak Pak RT tanding."

Mayor Adam menatap jengah Adek dan Abinya.

"Namanya Najla kan?." Tanya Abi Jafar memastikan.

"Nggih, Abi. Memangnya kenapa?." Tanya Mayor Adam.

"Mau Abi ajak main lato-lato."

"Ih Abi suka bercanda." Umi Aisyah memukul pelan tangan Abi.

"Loh, ndak bercanda Umi. Beneran. Satu-satunya test buat jadi mantu, harus bisa main lato-lato."

"Abi, jangan Bi. Malu." Arhan meringis sambil memaksakan senyum. Kebiasaan Abinya ini. Apa-apa harus diajak tanding lato-lato.

"Adam, pamit kembali ke batalyon...tidak enak meninggalkan lama-lama." Mayor Adam berdiri dari duduknya dan mendekat kearah orang tuanya untuk salim. "Assalamu'alaikum." Tak lupa Arhan menyalami tangan Masnya.

"Wa'alaikumussalam hati-hati mas."

__

"Ayo dong cerita, Najla. Jangan nangis terus." Desi yang kesabarannya setipis tisu sangat gemas dengan Najla karena datang kerumahnya dengan keadaan menangis. Tadinya Desi ingin menghubungi Najah untuk datang kerumahnya tapi mengingat Najah dan kedua orang tuanya tengah berlibur ke bandung.

TAKDIR TERBAIK (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang