09: Diterima

4.5K 280 9
                                    

"Ya Allah pengen banget makan siang, tapi ini udah malam."

~Abi Jafar~




Dua keluarga itu baru saja melakukan makan malam bersama. Kini mereka kembali duduk di ruang keluarga dengan perasaan tegang menunggu jawaban dari Najla. Para Abang dan kakak perempuan Najla tidak bisa hadir, sewaktu di kabari kalau adek bungsu mereka akan dilamar mereka meminta maaf tidak bisa hadir karena ada beberapa hal dan kendala. Ayah, Bunda dan Najla memahaminya. Bahkan Lettu Amar yang jarak tempat tinggalnya tidak terlalu jauh juga tidak bisa hadir karena ia sedang ke mabes sedangkan istrinya menginap di rumah orang tuanya, mertua dari Lettu Amar.

"Santai mas, kayak baru pertama kali aja." Ledek Arhan melihat kegugupan Masnya.

"Dulu gak kayak gini!." Sewot Mayor Adam

Dua saudara itu berucap berbisik.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." Salam Mayor Adam, kini ia akan mengutarakan niatnya lagi dihadapan kedua orang tuanya dan orang tua Najla.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh." Jawab orang-orang yang ada di ruangan itu.

"Sebelumnya, komandan Saprudin dan Ibu komandan saya ingin mengulang niat saya, dan malam ini saya tidak datang sendiri saya datang kemari bersama kedua orang tua saya."

"Saya Adam Rayyan Rizqullah berniat meminang putri bungsu Komandan dan Ibu Komandan yang bernama Najla Faqihatun Nissa untuk menjadi istrinya saya, pasangan saya, menjadi teman saya, teman ibadah dan teman hidup. InsyaAllah saya sudah siap baik secara fisik, mental dan finansial. Dan seperti yang diketahui saya ini berprofesi sebagai tentara, tanggung jawab saya bukan hanya pada keluarga yang akan saya bina, tapi juga dengan negara. Jadi bagaimana, apa jawaban kamu, dek Najla?." Mayor Adam berucap panjang, kedua orang tuanya tersenyum.

"Jadi gimana, nduk?." Tanya Umi Aisyah tak sabar. Kebelet mantu.

"Apanya Bu?." Tanya balik Najla, ia tak konek. Sedari tadi gadis itu menatap bolu sarang semut yang ada dimeja.

"Lho, lamaran Mayor Adam dek." Bunda mengingatkan.

Najla mengangguk. "Owalah, oke." Semua mata tertuju pada Najla dengan tatapan bingung apa arti dari kata oke yang gadis itu ucapkan.

"Kok oke?." Tanya Bunda, Ayah, Umi dan Abi bebarengan.

"Ya oke, aku terima." Bunda nyaris menjatuhkan rahangnya, tak percaya dengan ucapan anaknya.

"Dek, bisa gak sih jawabannya yang panjangan dikit." Ayah meringis malu.

"Ekhem... Bismillah dengan restu kedua orang tua, dan kehendak dari Allah Saya Najla Faqihatun Nissa. menerima pinangan Mayor Adam, saya siap menjadi istri, pasangan, teman ibadah dan teman hidup Mayor Adam." Jawab

"ALHAMDULILLAH!." Ucap mereka bersyukur. Bahkan Mayor Adam sampai mengeluarkan air mata kebahagiaan.

Umi beranjak dari duduknya ia menghampiri Najla yang tengah duduk. "Sini nak, Umi pasangkan cincin dijari kamu dulu." Najla menurut, perasaannya masih tak percaya kalau ia akan menjadi istri orang.

"Terimakasih bu." Ucap Najla tulus.

"sama-sama sayang. Oh iya jangan panggil Ibu lagi, sekarang panggil Umi dan Abi ya. Karena kamu akan menjadi istri dari anak Umi yang pasti akan menjadi anak Umi juga." Pinta Umi Aisyah, Najla tersenyum lebar.

"Na'am Umi."

"Kakak ipar." Panggil Arhan membuat semua menoleh kearahnya.

"Saya Arhan, Adek dari Mas Adam. Kakak ipar boleh kok anggap saya suami juga nantinya." Sungguh Arhan ini sangat memalukan.

TAKDIR TERBAIK (On Going) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ