20: Setoran Hafalan Pertama

4.6K 321 17
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jangan lupa vote yaa

"Seburuk apapun akhlak wanita, tidak ada senjata yang ampuh mendidiknya selain dengan kelembutan."

~Ustadz Sanusi~

Keesokan harinya, tepat jam 17:12 Mayor Adam masih di markas, sehabis latihan ia tidak langsung pulang tapi beristirahat sebentar di markas bersama anggota yang lain.

"Ada yang mau keluar tidak?." Tanya Mayor Adam menatap Nabil, dan Naufal yang memang duduk berdekatan dengan dirinya.

"Saya Pak Komandan. Kebetulan mau ke supermarket... Ada yang mau dibeli."

Mayor Adam tersenyum lalu ia berucap. "Saya nitip ya?."

Naufal mengangguk. "Baik komandan."

"Saya nitip kopi hitam terserah merk apa." Lelaki itu memberikan selembar uang berwarna biru pada anak buahnya.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya, sudah mau maghrib assalamu'alaikum." Pamit Mayor Adam lalu berdiri dari duduknya.

"Wa'alaikumussalam...." Sepeninggalnya sang komandan, Naufal dan Nabil saling menatap lalu melempar senyum konyol.

"Walaupun kita gak satu darah tapi kita satu pikiran." Ucap Nabil mengangkat alisnya.

"Benar, Bil." Naufal menyetujui.

"Lagian kenapa ya segala pakai kopi, emang Komandan udah loyo?." Tanya Naufal membuat Nabil tertawa.

"Mungkin hahaha."

"Tapi cari rekomendasi dulu di internet, Bil. Biar gak salah dan cari yang paling bagus."

"Bener juga, tadi juga Komandan gak bilang merknya, katanya apa aja." Nabil membuka handphone lalu jari lelaki itu berselancar di keyboard handphone mencari sesuatu yang di tuju.

"Gak sia-sia umur tiga tahun lo dikeroyok masa. Encer juga otaknya." Entah pujian atau apa yang Nabil lontarkan untuk Naufal. Keduanya kalau memang hanya berdua akan menggunakan bahasa non formal seperti lo-gue Kecuali ada komandan peleton dan komandan batalyon.

Mayor Adam berjalan menuju rumahnya, lelaki itu tersenyum karena membayangkan Najla yang akan menyambutnya datang seperti kemarin.

Sedangkan di sisi Najla, jantungnya berdetak kencang. Hari sudah semakin sore dan itu artinya ia akan mulai setoran hafalan untuk yang pertama kalinya. Rasanya seperti akan setoran pada guru, mendebarkan. Takut salah, takut hurufnya tidak tepat. Suaminya bilang kalau menghafal  5 ayat saja setoran perharinya.

Sebenarnya Najla sudah lumayan hafal, tapi rasa takut tetap saja menghantuinya.

Kaki gadis itu melangkah menuju pintu utama, ia mengintip sebentar lewat jendela, takut suaminya datang.

Dan benar saja. Sang suami sudah berada di dekat teras.

Perasaan Najla semakin tak karuan dibuatnya.

"Assalamu'alaikum, dek." Salam Mayor Adam dari luar rumah.

"Astaghfirullah, eh Wa'alaikumussalam sebentar."

Najla membukakan pintu, setelah melihat wujud rupa sang suami senyum gadis itu mengembang lebih tepatnya senyum paksa dan tidak disadari oleh Mayor Adam.

Alamaaa setoran hafalan sebentar lagi....

Najla mencium punggung tangan Mayor Adam yang dibalas kecupan di kening.

TAKDIR TERBAIK (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang