Bab 20 (Bendera Perang)

202 28 4
                                    

1 bulan pun berlalu dengan begitu saja, dan entah sejak kapan Davin mulai dekat dengan Nayla. Tentu saja hal itu memancing rasa kesal Shasa, apa lagi Davin selalu tampak meremehkan Shasa. Seperti saat ini diparkiran, saat Shasa hendak menyapa Nayla.

"Pagi Nay-"

"PAGI NAY!" Teriak Davin dari arah lain.

"Eh pagi Vin" sapa balik Nayla, ia masih belum menyadari Shasa yang berada di belakang nya.

Davin tampak senang melihat itu, ia lalu menghampiri Nayla tak lupa menyungging kan senyuman remeh kepada Shasa.   

"Ke kelas bareng yuk!" Ajak Davin lalu mengandeng tangan Nayla menuju kelas meninggalkan Shasa yang nampak kesal.

"Huh enak kan, bentar lagi Nayla bakal sepenuh nya di tangan gua!" Batin Davin.

"Anj- sabar Sha inget ini masih pagi! Tu anak mau nya apa coba. Kek nya apa yang di bilang Lily ada bener nya" batin Shasa, sambil menatap lekat Nayla dan Davin yang perlahan menjauh.

Tangan yang awal nya ia kepal kan kini mulai mengendur, nafas yang awal nya memburu kini mulai kembali normal. Shasa sudah kembali tenang walaupun tidak sepenuh nya, ia kembali melangkah kan kaki nya menuju kelas meninggalkan ke 2 Adik nya yang menatap ketakutan.

"Kak Shasa klok marah serem, padahal cuma diem tapi aura nya udah kek mau nerkam orang!" Ucap Lily sambil mengelus lengan nya.

"Iya kek Ayah kalok marah" timpa Fritzy, mengingat bagaimana menyeramkan nya Ferrel kala marah.

...

"Pagi" ketus Shasa.

Melihat itu Lana dan Erin yang awal nya berbincang pun lalu mendekati Shasa.

"Lu kenapa dah, masih pagi lo ini udah jelek aja mood nya?" Tanya Lana.

"Gak papa ketemu orang ngeselin aja tadi" jawab Shasa singkat.

Lana dan Erin saling melempar pandangan, mereka ber 2 paham siapa yang dimaksud oleh Shasa. Pasal nya sejak Davin kenal Nayla ia mencoba lebih dekat dengan Nayla, mereka terkadang ke kantin bersama, perpustakaan besama, dan bahkan Davin juga pernah mengajak Nayla jalan. Tentu itu membuat Shasa menjadi kesal, apa lagi Davin selalu menunjukan kedekatan nya dengan Nayla kepada Shasa.

...

Kringggg...

Bel istirahat pertama sudah berbunyi, banyak murid yang mulai berhamburan kesana kemari melakukan kegiatan yang mereka ingin kan. Kini kantin yang awal nya sepi mendadak menjadi ramai, riuh piuh murid murid melengkapi kantin.

"Nayla engak ikut?!" Tanya Shasa dadakan.

"Ee itu, ee-" gugup Oline, ia ingin jujur tapi Shasa pasti akan marah tapi jika ia tidak jujur Shasa juga akan marah jadi sama saja.

"Nayla lagi sama Davin di perpustakaan" jawab Lily, Shasa menghentikan aktifitas nya.

Saat hendak berdiri Lily menahan tangan nya, menyuruh Shasa kembali duduk.

"Udah lah biarin aja, to Kak Shasa udah telat. Nayla udah nyaman sama Davin, kan udah gua bilang coba aja dulu nurut mau confess duluan pasti sekarang engak bakal ke gini!" Terocos Lily.

Membuat Oline, Delynn, Erin, dan Lana merinding ketakutan, bukan karena omongan Lily melainkan karena aura Shasa yang ingin membunuh orang. Shasa kembali duduk ia mencoba menenangkan kembali emosi nya, rasa nya ingin sekali ia memukul orang di depan nya. Tapi karena yang mengatakan itu Lily ia akir nya mengurungkan niat nya, ia masih sayang kepada Adik nya itu. Meja mereka mendadak menjadi hening tak ada percakapan lagi.

KagumWhere stories live. Discover now