25.☆

2.7K 90 15
                                    

Setelah seharian Gang Havoc Heralds berkembali ketempat semula.

"Gue ga ketemu Awan sama sekali. Minta bantuan orang aja? Kemungkinan kalo kita nyari sendiri-sendiri kayak tadi bakaln susah." Gevan berucap lesu, Dirinya penat untuk hari ini buat mencari satu orang.

Anggota lain sepakat apa yang di ucapkan oleh Gevan selain Bumi, Dirinya tidak sepakat.

"Gua ga sepakat, Masih ada hari-hari lainnya buat mencari Awan" Ujar gua serentak, Gua gak yakin akan bantuan orang. Bisa saja bantuan orang bakalan bencana lagi.

"Lo gak usah egois. Kita disini cape seharian nyari Awan. Gegara mantan lo juga sih acara bantuan sama Awan, Stres mantan lo minta bantuan sama orang lagi sakit." Tuturan Raga lantas Bumi membisu tidak bisa menjawab bicaranya Raga.

Dazha yang angjat bicara tanpa memikirkan dirinya nanti pun, "Gue setuju sama Raga. Bagaimana pun orang sakit ga diperbolehkan buat aktivitas-aktivitas berlebihan, Sedangkan mantan lo Kiara?. Menyuruhnya untuk beliin cemilan supermarket nard, Jalan pikiran Kiara Gila." Setelah mengeluarkan kalimat tersebut Bumi sudah menahan amarahnya karena kawan-kawannya. Menyalahkan Kiara.

"Mending lo redain emosi lo, Sampingi dulu. Ga guna juga kan? Toh sudah terjadi?."

"Damn." Gua tidak pedulikan mereka, Gue menancapkan gas motor gua pergi dari tempat itu.

"Bocah gila, Dibilangi malah kayak setan, Gak habis pikir gitu gue sama Bumi bisa cinta mati ama Kiara" Dazha mengatur nafasnya lalu berikan jari telunjuk tengahnya.

"Biarkan. Kita pantau aja tingkahnya mereka," Ucapnya Javian.

Drett! dret! dret!

Bunyi handphone Raga berbunyi dari saku celananya.

Seketika Raga saat mengetahui siapa menelfonya pun bergegas cabut tanpa pamitan ke temen-temennya.

"11 12 memang adik kaka satu ini." Desis Dazha melihat begitu berubah wajah Raga dalam hitungan 3 detik

Javian menatap satu persatu temen yang tersisa disana dengan tatapan penuh jahat.

Gevan yang notice Javian natap dirinya dan Dazha pun bertanya, "Kenape lo natap kita berdua? Terlalu ganteng ya kami?" Ucap pdnya saat ini.

Saat Gevan mengucap itu Javian tersadar lalu, "Dih pd, Gua punya ide bagus buat hari ini."

"Ide lo sesat semua, Kaga mau gue, Entar terpapar virus sesat." Tajam Gevan pada Javian.

"Yauda kalo lo gak mau mah gak masalah bagi gua." Terdengar acuh.

"Yeu sensitif amat lu jadi orang, Yauda apa idenya."

"Kita nonton be the koir of of--."

"Permainan paan lagi anjrit." Komen Gevan yang belum di lanjuti sama pemiliknya

"Naha maneh ngaganggu kecap aing?." Ketus Javian

"Muhun, Aing hapunten pikeun interrupting kecap maneh." Gevan mengalah demi gak bonyok kejahilan Javian

Dazha yang gak mengerti arah pembicaraan Gevan dan Javian pun berdiam sesaat, Lalu. "Kowe ngomong opo? Aku ora ngerti arah obrolan."

Javian dan Gevan menatap bergantian. Kini mereka saling menatap, Kenapa pake bahasa yang beda? Duanya pake Sunda yang satu pake Jawa.

Karena tidak mau canggung pun salah satu dari mereka membuka kembali obrolan nya.

"Jangan pake bahasa kalian masing-masing. Sekarang lupakan, Tadi lu mau permainan jav?" Tanyanya pada Javian.

"Jadi gini, Nonton be ka pe aja mau gak lo pada?" Ajaknya.

He's Past Is Back [ ON GOING ]Where stories live. Discover now