[ BAB - 05 ]

1.8K 307 343
                                    

Bantu koreksi typo, ya!

[ BAB 05 — ABNORMAL REACTION ]











La Lula menyampul mulut dengan telapak tangan. Perempuan itu mode speechless. Kemarin, ia hanya me-request Radhyan datang ke sekolah untuk memperkenalkan diri kepada guru. Tujuannya— membersihkan nama baik La Lula yang disangka berhalusinasi menggaet salah satu cucu pendiri PT. Sumberjaya Sawit Tbk; perusahaan swasta yang menempati urutan 20 sebagai produsen sekaligus pengolah kelapa sawit terbesar di negara.

Namun, Radhyan nampak tak segan menunjukkan keseriusan dengan membawa hampers—berisi minyak dan berbagai bahan pokok sembako. Ia juga bisa melihat watermark logo perusahaan sang calon.

“A'Ian, hampers-nya se-truk?”

Radhyan manggut-manggut. “Ya, biar tercukupi, Bu. Satpam, cleaning service dan petugas lain.”

“Enggak harus gini, kok, A', aku—”

“Aman, Bu,” pungkas Radhyan.

Apanya yang aman? Duh! Kurir yang mengantar hampers, menurunkan benda tersebut di depan gerbang sekolah. Terpaksa, La Lula memerintah siswa-siswa memindah hampers ke dalam ruang guru. Kebetulan, jam istirahat begini—guru-guru tengah berkumpul di kantor.

Assalamualaikum, Ibu guru dan Bapak guru,” sapa La Lula. “Calonku ngebawain bingkisan kecil buat dibagi-bagiin. Oh, iya—A'Ian, ayo masuk.”

Radhyan yang berdiri di ambang pintu, melangkah memasuki ruang guru. Ia sempat terfokus kepada satu orang guru ber-hijab cokelat tua yang mimik wajahnya begitu terkejut.

Assalamualaikum,” ucap Radhyan, otomatis semua pasang mata serentak menilik dirinya.

Guru-guru yang baru melihat Radhyan sontak saja membatu. Proporsi tinggi yang menjuntai ibarat tiang penyangga, berparas aktor Hollywood, kulit putih pucat serta aura yang berwibawa. Sungguh, Radhyan adalah sosok attention stealer.

Radhyan terlampau bersinar, menyebabkan orang sekitarnya meredup.

“Saya Radhyan Mahendra Sapati.”

Baritone beratnya mendebarkan. Semisal Radhyan seorang pemimpin—ia memiliki sisi intimidatif; hanya dengan suara, dirinya seolah mendominasi.

Sutradara pasti memilih Radhyan sebagai aktor yang cocok memerankan karakter villain yang berhati dingin.

“Calon suaminya Ibu La Lula,” lanjut Radhyan, ia berpaling—menyorot La Lula yang tersenyum, lalu kembali menghadap audiens, “Kami akan menikah sebentar lagi. Kami mohon do'a restu.”

“Sah! Semoga lancar, Pak Radhyan,” seru Anton, ia merupakan guru PJOK.

Teriakan Anton mencairkan suasana, atmosfer canggung tak pelak melebur, bertempiar menjauhi ruangan.

Setidaknya, perkenalan singkat Radhyan di depan guru-guru, meluruskan kesalah-pahaman mereka. La Lula melirik bu Ismi, yang komat-kamit di kursi.

Salahnya sendiri menyebarkan rumor jelek. Kini—terbukti siapa yang dapat dipercaya. Lagipula, kurang kerjaan sekali La Lula jika berbohong mengenai calon suami.

Selepas memperkenalkan diri, membagi hampers, dan menyalami para guru satu persatu—La Lula mengajak Radhyan ke ruang konsultasinya di gedung seberang kantor.

Thankyou, A'Ian, maaf ya? Aku ngerep—”

Tatkala La Lula berujar, Radhyan yang berencana duduk pun membatalkan niat. Ia meraih pulpen di meja dengan gerakan yang mengundang tanya.

Marriage On RulesTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon