[ BAB - 10 ]

1.4K 303 280
                                    

Bantu koreksi typo, ya!

[ BAB 10 — LEADING ]




Mobil grab yang dipesan La Lula sudah tiba, lantas mereka berjalan memasuki mobil. Radhyan duduk di belakang kursi kemudi, si mungil tentu duduk di sebelahnya.

Begitu laju kendaraan sudah terkendali—La Lula menekan layar kunci. Ia tanpa ragu menekan ikon berwarna biru, menerima permintaan follow dari mantan kekasih calon suami. Bahkan, ia tak segan mem-follback, yang dihadiahi kernyitan halus oleh si titan.

“A'Ian, ayok selfie, terus aku upload di snap, supaya mantan kamu liat. Seru, tuh, bikin dia kebakaran jengot!” ajak La Lula, ponselnya mode mengambil gambar, intonasinya menggebu-gebu.

Are you sure?” tanya Radhyan, ia memastikan.

Sungguh, ia mengkhawatirkan La Lula, bagaimana semisal Keyzia bertindak macam-macam?

Ng! Perbaikin posisi, A'Ian, enggak usah nething.

Luar biasa—La Lula piawai meredakan seluruh pemikiran buruknya dalam sekejap.

Mereka berdua mengubah gaya, agak menyerong, hingga berhadapan dengan kamera depan ponsel La Lula. Menganalisis pose, si mungil merasa masih ada sesuatu yang kurang.

Ia berpikir keras, selanjutnya mundur sepersekian senti.

“A'Ian, aku izin, ya? Aku mau nempelin kepala ke dada kamu. Boleh apa enggak?”

Radhyan tidak menanggapi, ia menyetujui La Lula melalui aksi nyata. Dirinya bergerak memajukan badan—memangkas jarak, tak pelak dada pria tersebut membentur pelan belakang kepala si calon istri.

“Sakit?”

“Enggak! Wong kenanya pelan banget,” sahut La Lula, ia mengindahkan semua kekhawatiran sang calon suami.

Sangat memahami, bahwa Radhyan sensitif pada beberapa hal—sebab mengalami luka traumatis yang mendalam.

Hella crazy! Bahu kamu lebar banget, A'Ian!” puji La Lula, ia mengganti topik bahasan.

Spontan Radhyan tersedak ludah sendiri. “Ya.”

Gemas sekali melihat bapak-bapak lempeng salting—La Lula melipat bibir, ia enggan menegur. Sebab, enggan membuat calonnya tidak nyaman.

“Satu ..., A'Ian, senyum dong!”

Kedua sudut bibir Radhyan melengkung tipis, ia patuh pada aba-aba yang dilontarkan La Lula.

“Dua ..., tangannya bentuk peace! Aku love sign.”

Lagi, si titan menuruti, ia mengangkat tangan. Lalu, membentuk peace sign. Senyum La Lula melebar sempurna, saking lebarnya—kelopak perempuan itu turut terpenjam dan membentuk eyesmile.

Click!

Cukup satu foto, La Lula duduk ke posisi semula. Ia mengotak-atik ponsel, mengetik kalimat yang akan memprovokasi Keyzia.

Salah sendiri berani mem-follow IG La Lula, mungil yang paling mahir menyulut emosi.

“Udah diunggah?”

Teramat kentara bahwa Radhyan bukan pengguna sosial media. Bahasa yang ia pakai pun, asing bagi La Lula yang gaulnya melampaui batas. Lagipula, jaman sekarang—kawula muda condong memakai kata update atau upload, dibanding mengunggah.

“Udah, aku nulis caption, makasih A'Ian, padahal sakit, tapi tetep anterin aku kerja, tambah emoticon love merah hati ples api menyala!” terang La Lula, ia terkikik di ujung kalimat. “Ah, sayang banget— lebih asik kalau A'Ian punya akun IG, terus entar kita saling balas-balasan tag-an, mbak tantan pasti ngamuk.”

Marriage On RulesWhere stories live. Discover now