[ BAB - 06 ]

1.8K 292 212
                                    

Bantu koreksi typo, ya!

[ BAB 06 — FLIPSIDE ]








Terkhusus hari ini, begitu terbangun dari lelapnya, Radhyan langsung memeriksa ponsel. Tidak jauh berbeda dari semalam, netra pria tersebut selalu menatap layar ponsel untuk mengecek notifikasi.

Di antara banyaknya pesan dan telepon, mengapa tidak ada satu pun balasan sang calon istri? Sang pria mengembuskan napas panjang, ia menyibak selimut—lalu menuruni ranjang menuju kamar mandi.

La Lula tak menanggapi pesan yang ia kirim, pula tidak menerima teleponnya sama sekali. Apakah kemarin reaksi Radhyan terlampau berlebihan? Ia berpikir di mana letak kesalahan yang ia perbuat sembari membersihkan diri.

Ia mematikan shower, usai merasa sudah cukup—Radhyan memakai setelan lengkap. Ia buru-buru berangkat, berinisiatif mengantar La Lula.

Si titan menelusuri lantai empat, ia menuruni anak tangga yang sepanjang tepiannya memiliki ukiran ibarat liukan ombak berbahan dasar emas murni.

“Pagi, Rayi,” sapanya kepada si bungsu.

Sang adik menengok, ia manggut-manggut. “Iya.”

Tanpa melanjutkan obrolan Radhyan melanjutkan langkah. Orang-orang mungkin akan salah paham mengenai interaksi mereka yang terkesan seperti berperang dingin. Tetapi, sebenarnya—baik dari sulung, tengah maupun sulung, ketiganya bukan tipikal manusia yang banyak berbicara dan suka bersosialisasi.

Ah ..., saking kalutnya, Radhyan sampai lupa kunci mobil. Beruntung, di area parkiran—ia berpapasan dengan si tengah yang baru saja pulang kerja.

“Raf, saya boleh pinjam mobil?”

Rafiqh mengulurkan kunci mobil tanpa menjawab. Dirinya kepalang letih bekerja hingga larut. Alhasil, berbicara sepatah kata, terasa menguras energi.

Thanks,” tambah Radhyan—ia berbelok arah ke mobil sedan si tengah.

Menyalakan mesin mobil, kemudian mengendarai mobil keluar halaman kediaman mereka dengan kecepatan rata-rata.

Sepanjang perjalanan, sesekali Radhyan mengintip ponsel yang ia taruh di dashboard.

Haruskah ia menelepon La Lula lagi? Sungguh, ia gamang. Selain karena pengalaman menghadapi perempuan teramat terbatas, Radhyan takut sang calon istri terganggu oleh sikapnya.

Dahulu—bersama Keyzia tidak begini. Masalah apapun yang menimpa hubungan mereka tidak ada yang namanya silent treatment. Makanya, si titan lumayan asing atas reaksi La Lula. Ia tidak bermaksud membandingkan personality mereka berdua. Hanya saja—Radhyan jadi tidak enak hati.



***




Setibanya di depan gerbang kediama La Lula, si titan disambut hangat oleh security, ia menancap gas, dan memilih memarkir mobil di depan teras. Pandangannya bertemu dengan La Lula yang sibuk berdiri memasang sepatu tanpa heels, ia melompat ria.

Kontan—Radhyan tertawa kecil. Tingkah La Lula persis murid yang telat berangkat sekolah.

Lho?”

La Lula tidak mampu menyembunyikan respons terkejutnya. Si mungil celingak-celinguk, seolah memastikan apa yang saksikan bukan khayalan semata.

“A'Ian?”

Radhyan mengikis jarak mereka, ia meraih totebag yang disampir di lengan La Lula, tanpa melakukan skinship. Menggenggamnya, agar mengurangi keriweuhan si guru.

Marriage On RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang