90. Tarendra dan Bhoomi

412 25 12
                                    



Pagi yang begitu menyejukan, terdengar suara ombak di lautan yang begitu membuat suasana hati menjadi tenang dan nyaman.

Bhoomi terbangun, melirik Tarendra yang masih berbaring di sampingnya. Rumah penginapan mereka tak seluas vila, jadi dengan beberapa pertimbangan Jayendra mengatur tempat tidur dengan berpasangan, namun dengan sesuai batasan yang sudah di tetapkan. Walaupun dalam lubuk hati masing-masing keluarga dominan Bhoomi tak merelakan si bungsu tidur seranjang dengan Tarendra, tapi kembali lagi mereka sudah memiliki ikatan dan sudah sama-sama berkomitmen makanya mereka berani berpikir luas dan bebas.

Bhoomi tersenyum, lalu mengubah posisinya menjadi tengkurap. Ia menyibak sedikit gorden dan membuka jendela kamar yang memang langsung mengarah pada lautan, semilir angin menerpa wajah cantik murni gadis itu pantulan cahaya matahari mengenai wajahnya yang terlihat peri kecil yang sedang bersantai kecil memandangi keindahan.

Tarendra merapatkan diri, seraya memeluk tubuh Bhoomi. Wajahnya ia usakkan di punggung kecil gadisnya dengan manja sedikit memberikan kecupan juga disana walaupun empunya mengenakan piyama.

"Tidurlah lagi, kenapa memandang lautan luas.." ucap suara serak Tarendra. Mendengar itu Bhoomi tersenyum lalu memutar tubuhnya hingga Tarendra sudah berganti posisi menjadi menindihnya. Tangan Bhoomi mengusap rambut panjang Tarendra, empunya semakin menyamankan dirinya wajah Tarendra mendusel manja di perpotongan leher Bhoomi sembari beberapa kali mengecup kecil. Lalu mengistirahatkan kepalanya di dada Bhoomi, memeluknya.

"Ayo bangun? Bhoomi mau ngedate~" ucap manja Bhoomi yang terus memainkan rambut Tarendra ia mengusap dan menekannya agar Tarendra semakin nyaman. Sesekali tangannya menjambak rambut Tarendra, walaupun terjambak Tarendra tak marah atau pun kesal ia hanya tersenyum dan tangannya mengusap perut Bhoomi yang berlapis piyama.

Perut Bhoomi nyaman untuk di sentuh, karena sedikit bulat seperti donat namun tidak buncit bahkan para kakak Bhoomi juga suka melakukan hal itu, mencubit kecil perut donat Bhoomi.

"Babe, nanti kalau menikah Bhoomi ingin anak pertamanya laki-laki, biar bisa jagain dan temani aku kalau kamu pergi kerja hihi.."

"Kalau ternyata perempuan?"

"Akan Bhoomi masukin lagi, soalnya pasti kalau anak pertamanya perempuan sudah menjamin akan menjadi saingan ku! Tidak mau Tarendra punya Bhoomi!" Tarendra yang mendengar tertawa kecil lalu lanjut menimpali.

"Aku juga akan memasukkan anak laki-laki itu kedalam rahim mu, jika ia melawan ku untuk menguasai mu,"

"Kalau begitu jangan punya anak, ehh tapi Bhoomi kan mau 20 gimana dong?"

Tarendra semakin tertawa tangannya menepuk-nepuk kecil perut Bhoomi.

"Perut sekecil ini apa kuat berulang kali di isi ulang" gumam Tarendra

Bhoomi, "???" bibir kecilnya mengerucut lucu.

"Ehh! Tapi kamu kan menolak perjodohan itu, lalu aku bagaimana!" ucap Bhoomi yang teringat Tarendra menolak plan c yang di usulkan tetua, tangan Bhoomi memukul pundak Tarendra.

"Emm" balas Tarendra yang kembali mengantuk, ingin melanjutkan tidurnya.

"Ih! Jadi bagaimana tak menikah dong kita aa~" geliat Bhoomi sedih dan sedikit merengek.

Tarendra menepuk pinggang Bhoomi,"Jangan sembarangan bergerak. Kamu akan membangun sesuatu yang akan membuatmu menangis" ucap Tarendra dengan suara sedikit tercekat.

Bhoomi terdiam kaku, ia tak paham perkataan Tarendra namun karena itu adalah peringatan ia hanya mengikuti nalurinya untuk menurut.

Ketukan pintu membangunkan Bhoomi, Tarendra sangat kesal karena hal tersebut waktu bersama gadisnya menjadi hilang.

HAPPY FOOLS ✔Where stories live. Discover now