68

9.5K 960 136
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










Siang hari di mansion Orlando tampak sunyi karena sebagian keluarga besar telah kembali ke kediaman mereka masing-masing.

Axton dan Ansel setelah mengantar yang lain ke bandara, mereka langsung berangkat ke perusahaan mereka. Hari ini bukan waktunya libur. Tentang sekolah, Gio, Kenzie, Ian dan Ervan memang sengaja meminta izin.

Di anak tangga, duduk seorang anak laki-laki seraya menyanggah pipinya dengan kedua tangannya yang ia tumpukan di atas kedua lututnya. Sorot matanya menatap sekeliling dengan ekspresi bosan. Beberapa kali ia menghembuskan napasnya dengan lelah. Ia tidak tau harus melakukan apa untuk siang hari ini.

"Ervan," panggil Freya ketika melihat anaknya duduk di anakan tangga. Apalagi duduknya berada di tengah-tengah. Tidak terlalu di atas dan tidak terlalu di bawah. Takutnya, dengan tubuh Ervan yang kecil itu bisa-bisa terguling ke bawah karena asik melamun.

Tubuh Ervan tersentak. Ya, anak laki-laki yang kita bicarakan tadi ialah Ervan yang sedang duduk di anak tangga dengan melamun. Ia sungguh bosan. Mansion yang biasanya ramai akan keluarga besar, kini sunyi seperti tidak berpenghuni. Kakak-kakaknya mungkin sedang berada di kamar, entah Ervan tidak peduli. Ia malas bermain dengan mereka.

Mendengar panggilan dari mommy nya, tatapan Ervan seketika mengarah ke bawah, di mana ada mommy nya yang menyuruh ia untuk segera turun lewat lambaian tangannya.

"Hai mommy," balas Ervan. Bukannya menuruti perintah dari Freya. Ervan malah membalas lambaian tangan Freya. Lambaian Freya bermaksud menyuruh Ervan untuk segera turun, menaik turunkan telapak tangannya agar Ervan segera turun. Sedangkan Ervan malah melambaikan tangannya untuk menyapa mommy nya
Sungguh chemistry yang baik.

Freya menghela napasnya dengan pasrah ketika mendapati balasan dari Ervan. Ingin marah tapi tidak tega, muka polos nan lugunya membuat Freya lebih mengutamakan rasa gemasnya.

"Ayo turun, dalam hitungan satu, dua, tiga. Kalau gak turun, gak mommy ajak nanti malam," ancam Freya agar Ervan segera menuruti perintahnya. Ini bukan sekedar ancaman saja. Memang benar mereka akan pergi nanti malam.

"Satu-" Hitungan Freya berhenti ketika Ervan terburu-buru turun untuk menghadap ke dirinya.

"Siap, Ervan di sini," ucap Ervan dengan tubuh yang ia tegakkan.

"Kita mau kemana? Tumben ngajak keluar. Apakah kita akan ke luar negeri?" tanya Ervan pada Freya mengenai hal itu. Jika diajak keluar, tentu saja ia mau. Bahkan ia diajak keluar dari mansion dapat dihitung dengan jari. Keluar pun hanya saat berangkat sekolah. Selebihnya tidak ada yang mengajaknya keluar.

"Hahaha bukan sayang. Kangen mereka ya?" tanya Freya mengarah pada Aric dan Megan. Baru juga tadi pagi berpisah, siang sudah sangat merindukan mereka.

"He'eh." Ervan menyetujui ucapan Freya. Iyalah benar, apalagi dengan dua kakaknya itu, Varrel dan Steve. Sayang sekali mereka juga ikut.

Ervan Where stories live. Discover now