PIJAR 6. MEMORY

242 67 8
                                    

SEBELUMNYA

Bita tidak boleh iri dengan Seruni yang mendapatkan kasih sayang utuh dari Ayahnya, juga cinta yang besar dari Bintang.

Karena Bita tau itu bukan miliknya, kedua pria itu tidak memilih dirinya, Bita bisa apa?.

Bita berusaha secepatnya menyelesaikan pekerjaannya. Jika ia punya kekuatan super ingin rasanya ia segera menghilang dari tempat ini.

Tanpa menarik perhatian, Bita meninggalkan halaman belakang Tanpa sedikitpun berani melarikan pandangannya ke meja bandar dimana keluarga bahagia itu sedang berbahagia.

Sekali lagi dirinya ditolak.

Sekali lagi eksistensinya ditiadakan.

Harusnya ia bertahan.

Karena selama ini ia juga berjuang sendiri.

.
.
.

Bintang tersenyum melihat Seruni yang tengah bermanja dengan Papinya.

Gadis itu sangat memuja pria paruh baya itu dan membuat Bintang berjanji dalam hatinya akan memperlakukan Seruni dengan baik.

Ia memandang sekitar halaman belakang ini. Dan ia cukup terkesan dengan penataan yang elegan.

Kesan hangat terlihat dari penataan meja dan kursi serta bunga bunga yang dirangkai dengan manis.

"Tadi waktu saya tinggal, Mba nya lagi merangkai bunga di sini mas...."

Bintang menoleh ke arah suara. Terlihat seorang wanita dan seorang pria sedang berdiri tak jauh dari posisinya.

"Lho kemana yaa..?"
Keduanya Terlihat bingung.

"Cari siapa Mbak..?" Bintang menyapa kedua orang itu.

"Eh...maaf Mas...." Keduanya mendekat kearahnya.

"Ini Mas, mau cari teman saya, tadi saya tinggal, dia merangkai bunga disini" Sahut sang wanita.

"Oh iya tadi ada kok disini, saya lihat, cuma sekarang memang sudah tidak disini lagi, sekilas tadi saya lihat sudah kedepan..." Jelas Bintang ia ingat pada wanita yang ia minta bunga tadi.

"Oh, sudah ke depan ya,Mas. Baik terimakasih, permisi..." Sahut salah seorang dari mereka.

Keduanya berbalik, tapi Bintang masih bisa mendengarkan perbincangan mereka

"Mbak Bita kemana ya..?"

Bintang kembali menoleh ke arah dua orang tadi

Bita?

Sepenggal nama dari masa lalu muncul dalam memorinya.

Samar.

Tapi menerbitkan senyum dibibirnya.

"Mbak Sabita tumben nggak ngomong kalau pergi.."

Sabita...

kembali telinganya mendengar nama itu

"Biinnn...."

Ia segera menoleh ke sumber suara, dan ia tersenyum saat menemukan wajah Seruni yang tersenyum manis padanya.

"Ya, sayang?"

Ia segera menghampiri kekasihnya, calon tunangannya itu.

Seruni memeluk pinggangnya.

"Besok jangan nggak datang lho ya!"

Bintang tergelak.

"Mana mungkin aku nggak datang, di acara pertunanganku sendiri? Kamu jangan aneh deh, Sayang.."

PIJARМесто, где живут истории. Откройте их для себя