PIJAR 12 (1) IF...

327 64 22
                                    

APA KABAR HARI INI?

TETAP SEMANGAT

JANGAN LUPA BAHAGIA

JANGAN LUPA VOTE DAN KASIH KOMENTAR YAAAA..



SELAMAT MEMBACA

LUV 💜OCTOIMMEE


.

.

SEBELUMNYA

==============

"So, sudah cukup basa-basinya?" Sabita menaikkan alisnya.

Bumi membuang pandang ke sembarang arah, Sabita mudah sekali membaca dirinya.

Sabita menghirup teh lemon nya, gadis itu menatap hamparan tanaman di depan matanya.

"If you ask, is he Bintang? , then yes. He is Bintang that I often tell about..." Bumi mengatupkan rahangnya. Mengapa hatinya juga ikut sakit mendengar ucapan Sabita.

"Dan Lo benar, Bum...harusnya..."

"No, dia yang salah. Dia yang rugi. Dia nggak tahu apa yang dia lewat kan. Poor that man" Seru Bumi dengan suara tertahan.

Sabita menunduk "Dia..."

"Don't say it, Sabita. Jangan bela dia, he doesn't deserve it"

Sabita diam saja saat Bumi mengambil mug berisi teh itu dan meletakkannya di meja.

Dan tangisnya pecah saat Bumi menariknya ke dalam pelukannya

"I'm sorry Sabita...." Bisik Bumi sambil memeluk Sabita dengan erat.

"Semua kan baik-baik saja, semua kan baik-baik saja..."

Sabita menangis.

Sebenarnya ia tidak ingin menangis, tapi sejak kemarin ia seperti kehilangan pegangan.

Tanpa sadar ia menjadikan Bintang pegangannya untuk terus percaya dan berharap jika masih ada bahagia untuknya.

Bukan ia tidak bersyukur untuk segala hal yang ia miliki saat ini, tapi Bintang..

Cinta pertamanya...

Bintang,

Bintang adalah orang pertama selain Bi Anah dan Pak Kasim yang memberinya perhatian yang tak pernah ia dapat kan sebelumnya.

Ia bisa merasakan ketulusan Bintang...

Sayangnya ia berharap lebih dan berakhir dengan kekecewaan yang tidak bisa ia klaim pada siapa pun.

"Gue ada buat Lo, Sabita..."

Ya, ia punya Bumi, sahabat nya tempat ia menceritakan semua mimpinya.

"Kamu boleh nangis, tapi malam ini saja..."

Sabita mengeratkan pelukannya.

==================================
.

.

.

Sabita merentangkan tangannya menikmati angin yang bertabrakan dengan tubuhnya, rambutnya berkibar diterpa angin dan ia membiarkannya saja.

"Bagaimana? kamu suka nggaaakkk ??" Teriak Bumi mengalahkan deru angin yang bertabrakan dengan mobilnya.

"Sukaaaaaa....." Teriak Sabita yang kini menikmati pemandangan dari sunroof mobil yang dikemudikan Bumi.

PIJARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang