PIJAR 8. MEMORY 3

285 75 12
                                    

Masih menunggu cerita ini kan?

Kasih vote dan komentar yang banyak ya kakak..😊🙏

.

.

.

.

SELAMAT MEMBACA

LUV 💜OCTOIMMEE

SEBELUMNYA

=================

"WOYYYYY MAU MATI YAAAA!!!!!

Sebuah mobil melaju dengan cepat melewatinya, dan seorang penumpang mengacungkan tangannya marah padanya.

Kejadian itu cepat sekali, untung refleks nya bagus, hingga Sabita bisa mengendalikan sepeda motornya yang mendadak oleng karena terkejut.

Perlahan ia lalu menepi.

Debar jantungnya berpacu sangat cepat.

Sabita menghentikan sepeda motornya di tepi jalan raya.

Untung lalu lintas tak begitu ramai.

Sabita membuka tutup wajah helmnya.

Meraup udara bebas untuk menghilangkan gemetar ditubuhnya.

Hampir saja ia celaka karena melamun.

==========

.

.

.

Ia menembus malam diantara laju kendaraan yang mulai berkurang.

Satu satu mobil ia lewati, dua tiga mobil melewatinya, seperti berkejaran.

Ada yang melaju dengan kecepatan sedang, ada yang melaju dengan sangat cepat seolah sedang terburu-buru.

Para pengendara sepeda motor juga melaju berkelit sana sini mencari celah untuk mendahului.

Kadang manuver mereka bisa berbahaya. Tapi apa hendak dikata, saat semua terburu-buru mengejar waktu, etika berkendara kadang diabaikan begitu saja.

Tiba-tiba ia melihat sebuah sepeda motor agak oleng, lalu berikutnya bunyi klakson yang ditekan kencang berkali-kali, dan suara makian dari pengendara mobil yang melaju kencang.

Ia sedikit terkejut dengan kejadian itu, refleks ia menginjak rem dan menurunkan gas nya.

Untunglah tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Ujung matanya memperhatikan si pengendara sepeda motor yang nampaknya mulai melambat sepertinya hendak menepi.

Dari postur tubuhnya ia bisa melihat jika pengendara itu seorang wanita.

Benar saja, dari kaca spion Ia bisa melihat wanita itu berhenti di pinggir jalan. Ia merasa kasihan. Entah mengapa ada keinginan untuk membantu, tapi ia tidak bisa putar balik begitu saja, jalan ini hanya satu arah.

Semoga wanita itu baik-baik saja.

Ia teringat Seruni, bagaimana seandainya Seruni yang mengalaminya?.

Ah, semoga saja tidak. Lagian Seruni tidak bisa mengendarai sepeda motor, calon tunangannya itu sejak kecil dimanja kedua orang tuanya.

Anak tunggal yang kemana-mana selalu diantar supir, begitu cerita yang ia dengar dari kekasihnya itu.

Semoga saat ia siap menikah nanti, ia sudah benar-benar siap secara finansial. Meski Seruni tidak pernah menuntut, ia akan beri yang terbaik bagi Seruni.

PIJARWhere stories live. Discover now