The Most Merciful

2 1 1
                                    

Saya melihat, apa yang belum pernah manusia sadari;
Dan saya menaiki tangga-tangga ini atas izin Ilahi,
Bukan jalan terakhir atau kehidupan setelah mati,
Saya tidak lolos dari pengadilan, saya telah diadili.
Hati saya tidak seputih salju;
Namun tangga-tangga ini saya tapaki.

Surga terang di depan, tapaki jalan ini,
Jika saya berterus terang, maka dekapan ini,
Yang terasa asing dan aneh, yang menutup seluruh indra dan batin.
Cahaya putih, jernih, putih,
Suara gemuruhnya menghancurkan organ, tidak sakit.
Apakah Tuhan mendekap saya, lebih erat dan dekat daripada dunia sebelum ini?
Tapi, hanya Tuhan, Maha Suci Dia, yang maha Suci yang telah mengadili Jiwa ini.

"Sadarkah kamu akan seluruh dosamu?"
"Ya, Hamba tahu, wahai Dzat yang suci, hati ini dan seluruh isinya, hanya milikmu."
Saya berlinang air mata yang kacau,
Tapi isak tangis dari hamba ini, yang berdosa, mengguncang sebuah volume,
Surga menghentikan saya, karena Tuhan memeluk peduli-tanpa acuh.

Dan Tuhan kembali bertanya, "Sadarkah kamu akan seluruh dosamu?"
Cahaya mendekap di seluruh tubuh ini dan mulai menggerogoti bagian-bagian, saya lumpuh.
Lalu, saya kembali menangis, mata saya tertutup,
"Sadarkah kamu akan seluruh dosamu?"
Kali ini Tuhan bertanya dengan nada sendu,
Suaranya membuat saya sedih, hati saya hancur,
"Iya, wahai pemilik seluruh alam," suara saya tiba-tiba lumpuh,
Saya bisu— bisu karena Tuhan hanya meminta seperti itu,
Lalu Tuhan berkata, suara penuh kasih yang tulus,
"Masuklah,—" dengan perlahan melepaskan dekapan yang menyedihkan, "Masuklah ke dalam surga yang Kami ciptakan, karena Kami, yang maha pengasih, telah memaafkan seluruh dosamu!"

Old HaitaWhere stories live. Discover now