Chapter 21 - Siapa Adelina itu Sebenarnya

1 1 0
                                    

Setelah melawan Basilisk dan juga Hell Spider yang tiba tiba muncul itu membuat Haruto kepikiran sampai malam hari. Dia tidak bisa tidur memikirkan betapa mengerikan nya Hell Spider untuk petualang. Kemungkinan Claude sang petualang kelas A pun tidak bisa mengalahkan nya dengan mudah.

"Merepotkan dan mengerikan yah monster itu ..." gumam Haruto.

Dimalam itu, tepatnya di tengah Mist Forest dan di dalam sebuah labirin, terdapat seekor monster yang nampaknya sedang mengunyah sesuatu. Suara tulang yang digigitnya terdengar dan menggema di lantai 4 itu.

Aroma busuk dari bangkai dan darah segar memenuhi udara, menyatu dengan bau lembap khas tanah dan jamur. 

"Reincarnator ...." suara lirih dari dalam labirin itu.

Di tempat lain, Haruto masih saja bergumam dan rasa tak nyaman memenuhi hati Haruto. Tiba tiba sebuah suara memecah kesunyian itu. Suara pintu terketuk yang membuat Haruto yang sedang berpikir keras, terkejut.

"Ah ... iya sebentar ...!" ucapnya.

Saat di buka, nampaknya Adelina yang datang menyelindap ke asrama laki laki. Dia nampaknya khawatir dengan Haruto, makanya dia langsung memastikan keadaan Haruto dengan mata nya sendiri.

"Maaf mengganggu waktu mu ... tapi ada hal penting yang ingin aku katakan ..." ucap Adelina.

"I- ini kan asrama laki laki ... ayo masuk jangan sampai orang tahu ada perempuan di sini ..." ucap Haruto.

Adelina pun masuk dan duduk di dekat sebuah meja yang ada di tengah ruangan. Haruto menyiapkan sebuah minuman untuk Adelina.

"Maaf cuma bisa menyediakan teh ..." ucap Haruto.

Adelina menggeleng, "Tidak apa apa ..." ucap Adelina.

"Lalu ... mau membicarakan apa ...?" tanya Haruto.

"Begini ... aku pernah di beri tahu seseorang tentang jika aku akan menemui kekasihku saat berumur 15 tahun ..." ucapnya.

Haruto sedikit terkejut lantaran dia juga pernah mendengar ucapan itu saat dia masih anak anak. Dia masih sedikit samar mengingat tentang kejadian waktu itu, dan Haruto menanyakan apa maksud yang di katakan oleh Adelina.

"Apa maksudmu ..." ucap Haruto.

"Gunakan penilai mu dan coba analisa aku ..." ucap Adelina.

Ketika Haruto menyalakan kemampuan penilainya, aura Adelina perlahan terlihat semakin jelas. Aura itu membawa Haruto kembali ke kenangan masa kecil yang hampir terlupakan. Dia mengingat hari-hari bermain di sebuah desa yang damai, di mana dia sering bermain dengan seorang gadis kecil yang penuh semangat dan tawa. Namun, Haruto masih belum bisa mengingat siapa gadis itu sebenarnya.

Sebuah ingatan muncul di benaknya, tentang seorang gadis yang pernah dia temui di kantin sekolah dan pada saat itu dia sedang terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Gadis itu selalu berbicara tentang takdir dan pertemuan di masa depan. Haruto terkejut, matanya melebar seiring dengan semakin jelasnya ingatan itu.

"Adelina...," ucap Haruto lirih, suaranya hampir tidak terdengar.

Adelina tersenyum tipis, seolah-olah dia tahu apa yang sedang dipikirkan Haruto. "Kau mulai mengingatnya, bukan?" tanyanya dengan lembut.

Haruto menatapnya dengan mata yang penuh keheranan dan perasaan campur aduk. "Aku... aku pernah mengenalmu, bukan?" tanyanya dengan suara yang masih bergetar. "Tapi kenapa aku tidak bisa mengingat semuanya?"

Adelina mengangguk pelan. "Ya, kita memang pernah saling mengenal. Aku harap dengan kemampuan penilaimu, kau bisa menemukan kembali semua kenangan itu," jawabnya.

Dead or Alive in Second Life : REWhere stories live. Discover now