Chapter 68 - Reuni dengan Keluarga Lama

4 1 0
                                    

Setelah disambut oleh penjaga perbatasan Kota Rubah, Takumu, Ayumu, dan Mio diantar menuju ibu kota, tempat istana Ratu berada. Sepanjang perjalanan, mereka melintasi jalan-jalan kota yang dipenuhi dengan bangunan-bangunan unik yang memadukan arsitektur tradisional dengan sentuhan alam. Rumah-rumah terbuat dari kayu dan batu, dengan ukiran rubah di setiap sudut, menggambarkan betapa eratnya negeri ini dengan binatang buas yang menjadi simbolnya.

Di sepanjang jalan, para penduduk terlihat bersahabat, sebagian melambaikan tangan kepada para tamu asing yang jarang sekali datang ke negeri mereka. Takumu memperhatikan dengan seksama setiap detil kota yang mereka lewati. Keindahan dan keteraturan tempat ini jauh berbeda dari tempat-tempat yang pernah dia kunjungi sebelumnya.

"Hebat sekali... kota ini terasa begitu damai, namun ada aura kekuatan yang kuat dari dalamnya," gumam Takumu.

"Benar... negeri ini tidak hanya dihuni oleh binatang buas, tapi juga orang-orang yang kuat dan memiliki kekuatan spiritual tinggi," jawab Mio sambil mengamati sekeliling.

Sementara itu, Ayumu masih sesekali melirik ke arah Takumu, seolah mencari kesempatan untuk memulai percakapan lagi, tetapi rasa canggung dari kejadian sebelumnya masih menyelimuti mereka berdua.

Setelah beberapa waktu, akhirnya mereka tiba di istana Ratu. Istana itu berdiri megah, jauh lebih besar dari apa yang mereka bayangkan, dengan gerbang besar yang dihiasi ukiran perak berbentuk rubah berekor sembilan. Para penjaga istana yang mengenakan baju zirah dengan lambang rubah di dada mereka segera membuka gerbang saat rombongan Takumu mendekat.

"Silakan masuk, Yang Mulia Ratu sudah menunggu di aula pertemuan," ucap salah satu penjaga dengan sopan.

Takumu dan yang lainnya memasuki istana, berjalan melalui koridor-koridor panjang yang didekorasi dengan indah. Dindingnya dipenuhi lukisan dan permadani yang menggambarkan sejarah panjang negeri binatang buas ini. Sesampainya di aula pertemuan, mereka melihat seorang wanita dengan aura memikat sedang duduk di singgasana, dengan telinga rubah dan ekor yang halus menyapu lantai di belakangnya.

"Selamat datang di negeri kami, Origawa," ucap Ratu dengan senyuman lembut, namun matanya memancarkan kekuatan yang tak terbantahkan.

["Energi tidak terukur ... tingkat bahaya ... S ..."]

Suara Ai-san terdengar di kepala Takumu, membuat tubuhnya menegang.

"Cukup mengerikan ya," gumam Takumu. "Ai-san, tolong, jika ada yang tidak beres langsung beritahu saja."

["Dimengerti ..."] balas Ai-san tenang, meskipun ketegangan tak bisa Takumu hindari.

Di hadapannya, Ratu Origawa tersenyum lembut namun penuh misteri. "Selamat datang di Origawa," ucapnya. Suaranya lembut, tapi ada kekuatan tak terbantahkan di balik setiap kata. "Kalian benar-benar sudah lama kami tunggu."

"Angkat wajah kalian..." lanjut Ratu, suaranya terdengar menggema di aula besar. "Kalian diizinkan berbicara bebas di hadapan kami."

Takumu, Ayumu, dan Mio perlahan mengangkat kepala mereka, menatap langsung ke arah ratu yang duduk dengan anggun di singgasananya. Takumu bisa merasakan hawa dingin menjalar di punggungnya, seolah ada kekuatan besar yang menyelimuti seluruh ruangan.

Takumu menelan ludah, jantungnya berdebar keras, tetapi ia berusaha mempertahankan ketenangan. "Mohon maaf sebelumnya, Yang Mulia... dengan segala hormat, saya ingin bertanya... kenapa kami dipanggil?" ucap Takumu dengan sopan, meski ia merasa ada yang tidak biasa dalam situasi ini.

Senyuman Ratu berubah tipis, penuh teka-teki. "Kamu cukup sopan, ya..." ujarnya, sambil mengeluarkan tiga koin emas dari balik jubahnya dan menaruhnya di meja kecil di samping singgasananya. Mata Takumu langsung tertuju pada koin tersebut.

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang