Alicia membaca surat itu perlahan. Wajahnya mendadak pucat, dan tangannya mulai gemetaran. Akhirnya, gulungan surat itu terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai. Dengan ekspresi tak percaya, dia melirik ke arah Haruto. Federica segera memungut gulungan itu dan mulai membacanya. Ekspresi wajahnya berubah drastis, mencerminkan keterkejutan yang sama seperti yang dirasakan Alicia.
"Apa yang terjadi dengan kalian?" tanya Haruto, bingung dengan reaksi mereka.
"Ha-Haruto, sebenarnya kamu ini siapa...?" tanya Alicia dengan suara bergetar, penuh rasa tidak percaya.
Federica menggeleng pelan, matanya tetap tertuju pada surat itu. "Ini tidak mungkin... Cap ini berasal dari Ratu Ascham, dan tulisan ini... Bagaimana mungkin seseorang sepertimu bisa memiliki surat seperti ini...?"
"Pendamping Ratu...? Kau... Kau tidak mungkin... Ini tidak masuk akal..." ujar Alicia, suaranya semakin penuh kebingungan.
Haruto terdiam sejenak, lalu bergumam, "Huh, pasti ini ulah Nona Rihao..."
Tiba-tiba terdengar suara di kepalanya, ["Lapor, sebaiknya Anda segera menemui Ratu..."]
Haruto mengangguk perlahan, mengerti apa yang harus dilakukan. "Kau benar..." katanya kepada suara itu. Kemudian, dia berpaling kepada Alicia dan Federica. "Alicia-san, Nona Federica... Saya harus pergi sekarang, ada hal yang harus segera kuselesaikan."
Dengan cepat, Haruto berlari keluar dari ruangan itu, meninggalkan mereka berdua dalam kebingungan.
"Tu-Tunggu, dia sudah pulih...?" Alicia terkejut, awalnya ingin menahan Haruto. Namun, dia segera tersadar. Jika Haruto bisa pulih secepat itu, mungkin memang ada alasan mengapa Ratu memilihnya sebagai ksatria pribadinya.
Setibanya di istana, Haruto langsung menuju ruangan Ratu. Saat berjalan di koridor menuju ruangan Ratu Misha, Haruto dihentikan oleh dua penjaga yang berjaga di depan pintu.
"Heh, peserta yang belum lulus tidak diperbolehkan masuk ke sini," ujar salah satu penjaga dengan tegas.
"Eh, tapi Rihao-sama sudah meluluskanku... Aku juga memiliki surat ini," jawab Haruto, sambil menunjukkan surat kelulusan yang ia bawa.
Kedua penjaga itu saling bertukar pandang, terkejut melihat cap resmi pada surat tersebut. Setelah beberapa detik yang penuh keraguan, mereka akhirnya membuka pintu untuk Haruto, tetapi meminta agar ia menemui Ratu Rihao terlebih dahulu di ruangannya sebelum bertemu dengan Ratu Misha.
Haruto memasuki ruangan Ratu Rihao dengan perasaan tak menentu. Begitu masuk, dia mendapati Ratu Rihao sudah menunggunya. Di ruangan itu, dia melihat seragam ksatria yang telah disiapkan dan dipasangkan pada sebuah manekin yang dibuat menyerupai dirinya.
Ratu Rihao tampak sedang memeluk manekin tersebut erat, seolah tak ingin melepaskannya. Haruto merasa janggal dengan pemandangan itu, tetapi ia tetap melangkah maju. Ketika dia mengetuk pintu yang ternyata sudah setengah terbuka, Ratu Rihao menoleh perlahan, wajahnya memancarkan senyum yang tenang namun penuh arti.
"Ah, Haruto, selamat datang," sapanya dengan suara lembut.
"Orang ini... parah banget dah pokoknya..." gumam Haruto, merasa aneh dengan tingkah laku Ratu Rihao.
Ratu Rihao kemudian mempersilakan Haruto duduk di sebuah sofa. Dia sendiri duduk di hadapannya, menyiratkan bahwa ada sesuatu yang penting ingin ia bicarakan. Haruto menyadari kemungkinan besar Ratu Rihao akan mengatakan sesuatu yang serius, tetapi ia tetap diam, menunggu sang Ratu memulai pembicaraan.
"Haruto... aku ingin menanyakan sesuatu padamu..." ucap Rihao, matanya menatap lurus ke arah Haruto.
"Ah, baik... apa yang ingin Anda tanyakan?" jawab Haruto dengan nada sedikit tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasyBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...