Chapter 6 ─ Part 2

17 3 0
                                    

Ingomer berkedip. Bising lantang hitam mati dari adanya, bergeser ke sunyi fokus dunia yang bernapas.

Sakit gigiti pikiran. Benda keras sudah menghantam kepala Ingomer dan konsekuensi sensasinya baru berkunjung sekarang. Punggung menempel pada tembok, tidak bisa digerak maju walau cuma satu jengkal. Gerakan acak maju dan mundur kepala, kiri dan kanan, berusaha mengeluarkan rasa sakit kepala. Dirinya gagal.

Kedutan jemari muncul dalam tataran sembarang, rasa disebarluaskan melalui garis otot sekarat tanpa ada konsistensi nada. Rantai perunggu membelenggu diri pada beberapa titik. Terangkat dia di udara, tanpa ada percobaan untuk membuat si Imam terhubung ke dataran selain tembok.

Dia menoleh bergantian ke kedua arah. Peran geraknya, menggunakan hasrat lebih besar dari biasanya hanya untuk mendorong leher. Ada sesuatu di tengkuk, menahan gestur yang terlalu tajam.

Mata Ingomer memperhatikan lengan. Napas memburu di pemandangan pertama, jatuh berhenti di yang kedua.

Kirinya penuh luka. Tiap sentimeter dilapisi hitam lebam dan merah luka sayatan. Kanannya, mengunci mata selama satu menit, hilang. Di mana lengan seharusnya ada telah diganti sulur-sulur daging dan tulang remuk. Anehnya, Ingomer tidak merasa sakit walau sensasi sekelilingnya muncul. Lembab dingin udara dan basah air yang mengalir netes menemui punggung dari tembok. Kalau Ingomer dapat merasakan kedua sensasi, harusnya dia juga bisa merasakan sakit.

Pandangan mata ungunya jatuh ke lantai. Tidak beda seperti tembok di belakangnya, ia terbuat dari bebatuan pahatan persegi yang sudah pecah dan disatukan plester tua sekarat. Kubangan air tidur tak bergerak di beberapa titik, menggelegak seakan-akan tengah dimasak. Dengan waktu cukup, Ingomer bisa melihat warna coklat gelapnya air-air itu.

Penciuman jadi indera terakhir yang menyala dalam diri. Dia berharap itu tak terjadi. Bau sama tengiknya seperti kelihatannya.

Bau muntah, darah, dan kotoran bergantung di udara. Kebusukannya menginvasi hidung yang tidak bisa melawan. Mereka seperti melapisi fisiknya seperti selimut kutukan. Ingomer mau muntah, tapi tidak ada isi perut bisa keluarkan. Tidak ada makanan masuk selama mingguan terakhir. Kalaupun ada, semua akan tetap termuntahkan.

Terdapat satu ventilasi dalam ruang sempit ini. Dari mana lima garis lurus cahaya masuk, sesekali berkedip ditutupi sesuatu di luar. Ia menunjuk pintu yang berdiri di hadapan Ingomer.

Tidak ada suara dalam ruangan ini, tidaknya dari makhluk hidup. Dari sudut pojok dinding terselimut hitam, jentikan jemari air menetes keluar. Kecil gema suara benturan air dan batu, genderang perang memekakkan bagi telinga. Bersamanya datang mendekat hentak-hentak sepatu bot hak tinggi di luar pintu, anomali kesunyian.

Lapuk pintu kayu memanggil, didorong masuk ke ruang gelap. Walaupun sudah sekarat, ia tetap dipaksa hidup menjaga penghuni ruangan. Gerutu kesal terdengar jelas dari desahan sendi-sendinya.

Cahaya redup matahari menyambut.

Sowyn berjalan masuk setelah dua prajurit melangkah lebih dulu, berdiri di kedua sisi setelahnya. Dalam lapisan zirah kain hijau dan coklat ciptaan kuasa thaumaturgi ras vetalite, lebih ditemani penutup kulit, katun, dan sutra; masing-masing teramat mahal, salah besar rasanya mengenakan keindahan sedemikian rupa dalam ruangan seperti ini. Namun, Sowyn tidak peduli. Sang Jendral Tamu tidak akan pernah peduli.

Lahir sebagai seorang Taragalian, dia akan mengenakan gaun kalau itu membuat orang-orang Khairosian marah. Dia suka melihat reaksi mereka.

Mengikutinya di belakang adalah Maelon, seorang Khairosian. Putra tunggal penguasa Kota Pistakara mengenakan zirah sisik besi warna hitam legam beraksen biru, dengan elemen pola garis merah dan kuning pada beberapa bagian kecil. Kalung logam bergantung dari leher. Di permukaannya terpahat ucapan diambil dari King In Yellow sendiri setelah menyatukan Khairosian dan Taragalian dalam satu bendera; 'Tidak ada teman yang lebih baik dari musuh yang mati.'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Heart of YellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang