Bab 5

1K 88 17
                                        

-Pov SRI

Pertemuan tidak sengaja dengan Jojo membawa memori Sri ke tiga belas tahun sebelumnya. Di tahun 2010. Tahun kematiannya.

"Mami tau, kamu kesini, setiap kali alesan aja nemuin Imo, kamu mau pacaran kan sama si Jojo itu??" bentak mami di siang itu.

Siang itu aku datang menemui mami, niatnya silaturahmi, melepas kangen. Sungguh, aku tidak pacaran dengan Jojo, aku sahabatan dengannya. Aku menceritakan semuanya pada Jojo. Mami tidak pernah tahu betapa hancurnya aku akibat perceraian mami dan papi. Mami tidak pernah mencari tahu mengenai hal itu. Usiaku sudah 23 tahun, perceraian mami dan papi sudah berlangsung 15 tahun yang lalu, tapi sakitnya masih terasa.

"Mi, aku sama Jojo ga pacaran, kami cuma sahabatan! Lagipula kalau aku pacaran ga ada masalah kan? Umurku bahkan sudah cukup untuk menikah!" bentakku membalas mami.

Kalau mau, umurku sudah cukup bukan untuk menikah?! Tapi tidak! Aku takut untuk menikah, melihat kegagalan rumah tangga Mami dan Papi membuatku berniat tidak akan menikah seumur hidupku.

Yang salah dalam pernikahan orang tuaku adalah Mami, Mami selingkuh dengan suaminya sekarang. Pria itu adalah mantan pacar mami. Papi tidak terima dan menceraikan mami. Aku masih umur 8 tahun waktu itu, tapi aku ingat dengan jelas bagaimana pria itu datang tiap kali papi tugas keluar kota.

Papi tidak menikah lagi, sampai aku dewasa. Walaupun tidak pernah mengatakan apa-apa padaku, tapi sepertinya Papi trauma dengan pernikahan. Demikian juga aku, aku anak perempuan Mami, aku takut aku akan jadi seperti Mami jika aku menikah.

Awal perceraian mereka, aku memang stress, apalagi pindah ke tempat baru, lingkungan dan teman baru. Aku takut untuk bergaul, karena malu dengan status pernikahan orangtua ku. Karena itu aku sering ke Bogor pada weekend, alasannya memang ke rumah Mami, padahal aku ke rumah Imo.

Di rumah Imo aku hanya membaca novel-novel yang aku bawa dari rumah. Imo bekerja, jadi aku sendiri di rumah Imo, kalau Jojo sedang tidak sekolah atau kerja, aku main berdua dengannya, mengobrol dan curhat, sampai malam. Malam hari nya baru Imo dan Jojo antar aku ke Stasiun untuk pulang ke rumah Papi. Kami tinggal di Depok, hanya sebentar saja dari Bogor. Papi tidak marah dengan kelakuanku, karena merasa bersalah atas hidupku yang jadi berubah drastis.

Sampai beranjak dewasa, akhirnya Mami menyadari bahwa aku sering ke Bogor bukan untuk menengoknya, melainkan ke rumah Imo. Mami marah, dan menganggap Imo dan Jojo tidak sekelas denganku untuk diajak bergaul. Saat itu hubungan Mami dengan suaminya sedang tidak baik-baik saja. Mami curiga suaminya selingkuh. Hal ini membuat Mami jadi lebih temperamen.

Aku memang tidak begitu dekat dengan suami Mami, bukan hanya sekedar 'tidak dekat' , tapi benci setengah mati! Bagaimana tidak benci, dia yang menghancurkan keluargaku! Ketika Mami cerita mengenai kecurigaannya bahwa suaminya selingkuh, sebenarnya aku tidak merasa kaget. Kupikir ini karma, karena apa yang mereka lakukan sebelumnya telah menyakiti Papi, aku, dan pasti keluarga besar Papi dan Mami juga.

Pertengkaran dengan Mami diakhiri dengan aku yang pergi meninggalkan Mami di sore hari itu. Tidak kugubris marah dan omelannya! Capek, pikirku. Aku sudah dewasa, masih juga diatur dengan siapa aku harus bergaul.

Sepulang dari rumah Mami aku janjian dengan Jojo di kafe dekat stasiun, supaya bisa segera naik kereta jika sudah selesai mengobrol, pikirku.

Jojo lebih muda 2 tahun dari aku. Saat ini dia sedang kuliah sambil bekerja, karena itu kuliahnya tidak lulus-lulus. Aku bangga melihat perkembangannya, dia bukan anak yang rewel, dan sangat sayang dengan Imo.

"Ya udah, kita pacaran aja beneran kalau gitu Sri" kata Jojo serius sambil menatapku. Aku baru saja menceritakan pertengkaranku dengan Mami. Perkataannya membuatku tersedak cendol dawet yang baru saja kuminum. Menyebabkanku terbatuk sambil menepuk-nepuk dadaku.

SRI (x SMO)Where stories live. Discover now