Bab 33

1K 156 20
                                        

Markas, Unit 2110,

10.20 WIB

-POV SMO

Tama, Baron dan Nyoman terpaku mendengar yang baru saja dikatakan oleh Sam. Bulu kuduk mereka berdiri, ruangan yang sedang remang dan dingin membuat suasana menjadi sedikit menyeramkan.

Apa yang dikatakan wanita ini barusan?

"Oh, maaf, Sri itu hantu, yang gue bilang kemarin ada di belakang Baron!" jawab Sam dengan enteng.

"Setelah Kak Hana meninggal kemarin, Sri melihat kalian menemukan kertas? Ada kata tolong? Sri merasa apakah ini berkaitan dengan apa yang ia saksikan, terkait dengan cerita tentang supir ambulans yang sebelumnya ngintip Kak Hana!" lanjut Sam kembali, sejujurnya ia menikmati penampakan tiga serangkai yang ada dihadapannya ini.

Mereka tampak lucu dengan ekspresi masing-masing. Walaupun sebenarnya Tama sudah diceritakan garis besarnya, tapi ia juga tampak kaget saat ini.

"Sri ikutin Baron sampai ke sini.." tambah Sam, menatap Baron, kemudian menengok sebentar ke arah pintu, kembali lagi ke Baron.

"Katanya sempat bikin Baron mimpi?" ucap Sam kembali, intonasinya bertanya, terdengar tidak yakin.

Nyoman dan Tama serempak menatap Baron, Baron yang sudah terpaku, semakin membulatkan matanya, tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Dengan segera Baron menatap Tama, lewat matanya, ia menuduh Tama lah yang bercerita mengenai mimpinya pada Sam.

Tama yang mengerti arti tatapan Baron, langsung mengangkat kedua telapak tangannya di depan dadanya, kemudian membuat gerakan tidak dengan tangannya, sambil menggeleng, "Sumpah! Gue ga cerita!" kata Tama tanpa bersuara.

"Terus Sri baca kartu nama yang ada di kulkas, detektif parti ya kalau ga salah?" Sam kembali bersuara. Ia menjulurkan kepalanya ke arah kulkas. Memang ada kartu yang ditempelkan dengan magnet kulkas disana.

Benar, memang ada kartu nama yang ditempelkan di kulkas. Sam bisa saja baca terakhir kali ia kesini, ketika bertemu dengan Tama untuk zoom dengan bos mereka itu. Ya kan?! pikir Baron dalam hatinya. Berusaha berpikir dengan rasional. Tapi mimpi??

"Oiya, Baron..kata Sri, jangan lupa kabarin Mama kamu kalau pot kaktus nya ga ada di sini?" ucap Sam, seperti sebelumnya, wanita itu mengucapkannya dengan intonasi tanya, seolah mengkonfirmasi info yang ia sampaikan.

Anjing?! Umpat Baron dalam hati.

Pot kaktus yang dibicarakan Sam, itu adalah hasil pembicaraan Baron dan Mamanya lewat video call, sekitar seminggu yang lalu?? Ketika Baron menerima telfon itu, tidak ada orang di apartemen! Dan dia sedang sendirian, dia ingat betul, karena setelah itu ia pergi jemput Elsa. Ia bahkan lupa mengenai pot kaktus itu, sampai barusan Sam mengatakannya.

"Temen-temen..apa yang gue alami, semua yang gue ceritakan ke Tama, semuanya benar! Ga ada yang gue tambah atau kurangi! Tapi memang belum semuanya gue ceritakan!"

Ucapan Sam kali ini diawali dengan tarikan napas yang panjang.

"Kenapa gue cerita ini sama kalian! Kaya yang udah disampaikan Tama, niat awal gue adalah mau minta maaf sama Baron atas kelakuan gue di café kemarin, yang mungkin gak sopan dan mungkin bikin hubungan lo sama Elsa jadi ga enak, setelah diingat, ya emang gue jadinya kaya lagi caper sama lo, tapi sumpah ngga!" Sam menengok pada Baron, kedua telapak tangannya disatukan, membuat gerakan meminta maaf.

"Akhirnya, gue cerita sama Tama tentang kelebihan gue, gue ga tau ini kelebihan atau kekurangan, tapi emang gue kenal dan berteman sama hantu, namanya Sri! dan hanya dia! Gue ga ngerti kenapa, tapi gue cuma bisa lihat dan berkomunikasi sama dia! Kenapa gue cerita sama Tama? Karena gue bingung nyari alasan yang masuk akal kenapa gue jadi ngeliatin Baron kemarin di café, karena sumpah! Gue bukan liatin Baron, tapi liatin Sri yang ada di belakang Baron!" urai Sam panjang, di akhir kalimatnya ia menengok kembali ke arah pintu dengan cemberut.

"Di cerita Sri tentang Hana, kejadian yang kami, gue dan Sri, pikir janggal, tentang supir ambulans, juga ada orang di masa lalu Sri yang kok malah ada ketika dia ngikutin Hana..dan dugaan kami, gue dan Sri kalau kalian ada polisi..hal-hal itu yang akhirnya juga bikin gue juga bulet cerita sama Tama.." ucap Sam kembali.

"Sekali lagi, kami pikir kalian polisi dari cerita Sri yang mendengar kalian bahas tentang kasus Rafi atau siapalah itu, dan kartu nama detektif party yang Sri baca di kulkas.."

"Gue ngerti kalau kalian anggap gue gila, halu atau apalah itu, gue juga kemarin baru aja cerita tentang Sri ini ke mantannya si Sri, dan penerimaan awalnya pun ga enak, walaupun akhirnya dia percaya.."

"It's up to you guys buat nerima cerita gue ini sesuai apa yang mau kalian pahami, tapi tolong dicek kembali apa yang udah gue ceritain tentang Kak Hana lewat Tama kemarin, kesampingkan gue dan Sri di dalamnya..kalau menurut kalian cerita Kak Hana aneh dan janggal, please let us know!"

Sam berhenti sebentar, kemudian menarik napas dengan panjang, sebelum mulai bercerita kembali.

"Gue sama Sri udah bareng 10 tahun lebih..dulu gue pernah ngobrol sama abang gue. Ngga! Abang dan keluarga gue ga ada yang tau tentang Sri! Berdasarkan obrolan random gue sama abang gue tentang hantu,gue berpikir kalau mungkin Tuhan kasih gue bisa lihat Sri adalah untuk nolong dia walk into the light! pulang ke rumahnya! Tapi gue ga ngerti caranya gimana.." ujar Sam, sendu.

"Bertahun-tahun gue cari tahu tentang Sri lewat google, sosmed, tapi nihil, karena Sri lupa semuanya..titik terang baru ketemu ya sekitar sebulanan ini lah, karena ketemu mantannya Sri, yang gue cerita tadi.."

Kembali, Sam menarik napas panjang, terlihat lega. Ia menatap ketiga serangkai yang sedari tadi hanya terdiam.

Tama pun ikut terdiam, semalam Sam tidak cerita selengkap ini!

"Gua ga ngerti, kok gue jadi cerita semua ini ke kalian. Tapi ya itu, please selidikin kematian Kak Hana ini, selain karena Kak Hana juga kan teman kalian..abaikan aja gue sama Sri, tapi kalau benar ada yang janggal, please let me know! Biar nanti gue yang gerak sendiri.." ucap Sam kembali.

Wanita itu berdiri dari duduknya, menatap kembali ketiga serangkai..

"Makasih ya udah denger cerita gue, apapun pikiran kalian tentang gue mengenai cerita ini, gue terima! Jangan takut akan menyinggung gue! Karena ya, emang gila dan gak masuk akal!" ucap Sam, tersenyum lelah.

"Gue pamit ya guys!" ujar Sam, ia bergerak untuk menyalami tiga serangkai satu per satu.

"Gue anter ya!" jawab Tama setelah sebelumnya terdiam, seperti masih mencerna.

"Gue bawa mobil kan!" jawab Sam sambil menepuk pelan bahu Tama.

Baron dan Nyoman masih terdiam, namun mereka serentak berdiri ketika Sam menghampiri mereka untuk bersalaman. Baron kembali mengusap tengkuknya pelan.

Ketiga serangkai kompak mengantarkan Sam sampai ke depan pintu, sebelum menyentuh handle pintu, tiba-tiba Sam menengok, mencari Nyoman.

"Kata Sri, baik-baik ya sama Nabil?" ucap Sam, kembali, seperti bertanya.

Nyoman membulatkan matanya bingung, namun dengan segera mengangguk sambil tersenyum tipis.

Baru saja akan membuka handle pintu, terdengar bunyi pin akses pintu ditekan. Ada seseorang diluar yang akan masuk ke unit.

Sam menengok cepat dan tersenyum pada Baron, kemudian dengan segera mengembalikan wajahnya ke arah pintu.

Baron yang bingung hanya memberikan senyum tipisnya.

Pintu terbuka bersamaan, Sam di handle pintu dalam..

Elsa di handle pintu luar..

***

SRI (x SMO)Where stories live. Discover now