Bab 77

1.2K 192 19
                                        


Via menatap Baron dengan kagum, dalam hati ia berpikir, apakah seluruh team SMO ini memiliki kepintaran se-sharp Baron, ataukah hanya lelaki ini saja??

*

"By the way Ron!" ucap Nyoman.

"Sampai dengan saat ini, kita belum bisa confirm kan ya, bos nya si Mamat and the geng bener Hartono atau bukan??" tanya Nyoman kembali.

"Ya! Selain dari ucapan Sri, yang pernah ikutin mereka ke ruko! Kita belum pernah tau bener atau tidaknya si Hartono ini!" jawab Baron, tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Lah, bukannya lo ketemu pas di rumah kuning, Bogor?" tanya Tama bingung.

"Gue cuma denger suaranya, ga liat orangnya!" jawab Baron, disertai dengan tatapan Tama yang masih bingung.

"Yah, kan dia ngumpet, tolol!" ceplos NIel, kesal dengan tatapan bingung Tama.

"Oh iya!" sahut Tama nyengir.

"Waktu itu pun gak ada yang sebut nama Hartono sih, cuma 'bas' 'bos' aja gitu!" lanjut Baron, ia menengok menatap Niel, Niel mengangguk samar.

Elsa melirik pergelangan tangannya, kemudian tampak kaget sendiri.

"Udah jam 11.14 WIB aja ya! ga kerasa!" sahutnya, menyebabkan seisi meja untuk turut melihat pada jam masing-masing.

"Kita ga belanja dulu? buat persediaan di rumah pura-pura KKN itu?" tanya Elsa pada semuanya, namun fokus menatap Mas pacar.

"Ah, iya yak! Kita lagi mau drama jadi mahasiswa yak!" Tama.

"Emang lo udah liat rumahnya Ron?" Nyoman.

Baron yang memang sedari tadi fokus pada Sri, menggelengkan kepalanya. Ia bahkan belum tahu rumah mana yang akan dipinjamkan untuk mereka.

"Tapi gede gak rumahnya?" Pras.

Baron kembali menggeleng.

"Kecil? Berapa kamar?" NIel.

"Gak tau! rumahnya yang mana aja gue gak tau!" jawab Baron kesal karena banyaknya pertanyaan.

"Lah! Tadi kata lo dipinjemin rumah sama Pak RT??" Tama.

"Iya, tadi si Pak Mus itu cuma bilang, ya udah, pake rumah saya aja, ada yang lagi kosong, memang dibikin buat anak saya kalau dia sudah nikah, gitu..tapi gue ga nanya rumah yang mana nya!"

Semua mata memandang Baron, heran. Lelaki itu biasanya menanyakan sesuatu dengan detail, baru sekarang ia sampai tidak tahu menahu, sangat bukan Baron.

Sementara sebenarnya Baron memang tidak bertanya mengenai rumah yang akan dipinjamkan, karena berpikir hanya team laki-laki saja yang akan menginap, sehingga rasanya di mana saja ditempatkan tidak akan masalah. Ikut sertanya Elsa dan Via ada diluar ekspektasinya.

"Ya udah sih! Biasanya juga kita tumpuk-tumpukan di markas!" ucap Pras, memecah keheningan sesaat diantara mereka.

Semua mengangguk, menyetujui ucapan Pras.

"Kita bagi dua aja kalau gitu?" usul Via.

"Maksudnya?" tanya Elsa.

"Gue sama lo belanja kebutuhan nginep! Kan kita ga di hotel yang segala sesuatunya sudah ada kan! Nah, yang cowok-cowok ke rumah Pak RT, tanya rumahnya yang mana, terus sekalian bersihin!" kata Via panjang, tampak excited dengan rencana menginap ini.

Sejujurnya, dari hati yang paling dalam, Via membayangkan diri-nya sedang camping bersama dengan teman-teman. Healing sesaat dari keruwetan hidup semenjak Kak Hana meninggal dan semua misteri ini yang memenuhi otak dan pikirannya!

SRI (x SMO)Where stories live. Discover now