Bab 121

922 176 24
                                        


Nyoman dan Niel sudah ada di depan pintu gudang. Mereka bergerak lebih leluasa karena tahu Haryanto dan geng sudah tidak ada di area sini.

Nyoman baru saja akan memasukan deret angka pada permukaan door lock ketika terdengar suara pukulan dari dalam gudang disertai dengan rintihan-rintihan.

Dengan panik Nyoman buru-buru memasukan kode, ia ingin segera masuk dan menolong Tama dan Pras! Kepanikan Nyoman membuat jemarinya bergetar sehingga aktivitas yang seharusnya cepat malah menjadi lama. Niel mendorong Nyoman dengan kesal, dan mencoba memasukan kode yang ia buat. Nyoman sudah memasukan 2 deret kode dan gagal, Niel lanjut memasukan deret kode ketiga.

Bip! Terbuka!

Nyoman dan Niel saling pandang sesaat sebelum kemudian saling memberikan kode untuk masuk. Mereka sudah mempelajari layout gudang, tapi tidak tahu layout setelah disewa, jadi harus extra hati-hati.

Nyoman menendang pintu yang sudah terbuka sedikit, kemudian mundur kembali, sebagai antisipasi jika ada yang bersenjata tajam di balik pintu. Hening.

Niel maju selangkah, melongokan kepalanya, mengecek situasi. Mereka berdua memegang kayu yang dipungut dari parkiran tadi sebagai senjata pertahanan diri mereka.

Suasana terlalu hening, menandakan yang ada di dalam ruangan menyadari ada tamu baru yang masuk! Niel yang sudah menempatkan dirinya di celah kardus dekat pintu menoleh pada Nyoman. Bersama mereka mengangguk, kemudian berdiri dan setengah berlari masuk ke dalam ruangan yang bagian depannya tadi tertutupi tumpukan kardus.

BUG! Nyoman yang berlari di depan Niel terkena sabetan kursi besi yang dilayangkan oleh lelaki tinggi besar dengan pipi lebam kebiruan. Seketika Nyoman jatuh terduduk, memegang dahinya yang langsung memerah, kepalanya seketika nyut-nyut-an. Ia mendongakan kepalanya dan memandang marah pada lelaki di depannya yang malah menyeringai.

Dengan cepat Nyoman yang posisinya duduk, memutar kakinya ke arah depan, menyabet kaki lelaki di hadapannya dan membuat lelaki itu jatuh terjerembab ke belakang.

Sementara Niel langsung bergelut dengan lelaki lainnya yang sebelumnya duduk di depan Tama. Tama yang semula menunduk dengan wajah lebam langsung menyeringai melihat Nyoman dan Niel. Seperti mendapat transfer kekuatan, Tama yang terikat ke kursi menjatuhkan tubuhnya ke samping dengan keras, membuat kursi kayu yang ia duduki patah, dengan gesit ia menggeser duduknya, mengambil serpihan kayu yang tajam untuk membuka ikatan tali di tangan dan kakinya.

Tak jauh dari kursi Tama, terdapat Benny yang sudah lemas, kepala-nya terkulai ke samping. Di depan Benny, berdiri seorang lelaki kawanan mereka juga. Lelaki itu menghampiri Niel yang sedang adu jotos dengan temannya, kemudian menarik kerah Niel, berusaha memegangi Niel agar temannya bisa menghabisi Niel.

Niel mulai kewalahan melawan 2 orang, ketika kemudian Tama datang bergabung dan ikut bergelut. Sekarang posisi imbang, satu lawan satu!

Pras yang diikat persis disebelah kursi Benny memiliki kondisi yang sama dengan Benny. Terkulai lemas, pada saat para bajingan memukulinya tadi, mereka berkali-kali mengenai organ vital Pras, menyebabkan lelaki gondrong itu tak berdaya saat ini.

Pergelutan satu lawan satu berlangsung lumayan seru. Nyoman yang terlebih dahulu selesai, ia menghela napas lelah sementara lawannya sudah terkapar, darah mengalir dari dahinya. Nyoman segera berlari ke kursi Pras, mengecek kondisi sahabat gondrongnya itu dan melepaskan ikatannya.

"Sabar ya Pras! Hang on!" bisik Nyoman khawatir.

Niel bergabung dengan Nyoman, memeriksa kondisi Pras yang bahkan tidak sanggup bicara meski matanya tetap awas.

SRI (x SMO)Where stories live. Discover now