4. Museum

4.2K 400 23
                                    

Sumpah kalau bukan untuk menjaga absen, aku tidak akan mau masuk.

Hari ini di sekolahku, lagi-lagi, ramai gosip tentang pembunuhan berantai itu. Kemarin siang berita ramai membicarakannya lagi. Kali ini korbannya bernama Nirina Asriyani yang tinggal di Bekasi. Dari berita kudengar kalau korban kali ini adalah anak SMA. Seperti yang kalian duga, pelaku belum berhasil ditangkap, diduga komplotan mana juga belum jelas. Masih simpang siur. Tapi setidaknya tidak ada selentingan aneh tentang pelaku yang tiba-tiba menghilang lagi. Berita sinting itu menghilang bak asap, sekalinya ada yang meyinggung soal topik itu di salah satu talk show, para narasumber yang diwawancarai langsung bilang bahwa kejadian itu murni kesalah pahaman dan keisengan petugas polisi bersangkutan untuk mencari sensasi.

Dan gara-gara berita yang kian hari kian santer itu, aku semakin jadi pusat perhatian.Ya iyalah, yang namanya Nirina di sekolah ini cuma aku!

Jika kalian mengira menjadi pusat perhatian di sini artinya mendapat teman, coret pendapat itu dari kepala kalian. Jawara gosip di kelasku tambah banyak, yang mendoakan aku mati tambah banyak, tapi teman? Devi masih menjadi pemegang rekor daftar orang yang mengobrol denganku paling lama.

"Masih pagi, Neng! Jangan pasang muka kayak kamu mau jungkir balikin sekolah ini!" Devi membuyarkanku dari buku Fisika yang sedang kubaca. Ya, daripadamendengar gosip tak jelas tentang kita, ada baiknya kita baca buku pelajaran saja kan? Yah walaupun kondisi kelas lebih mirip kandang kera rabies begini.

Devi memandangku menunggu jawaban. Serius deh kenapa sih anak ini hobi menyatroni bangkuku? Bangkunya terpaut tiga bangku di belakangku, dia juga punya teman sebangku yang senantiasa mengajaknya mengobrol.

"Kenapa kamu seneng banget main ke kursiku?" Aku menyuarakan pikiranku keras-keras, tanpa malu.

Devi hanya tersenyum. "Karena kamu satu-satunya orang yang duduk sendirian di kelas?"

Berkat jawabannya yang bernada pertanyaan balik itu, aku memandang kosong bangku di sebelahku yang tidak ada tas di atasnya. Artinya tidak ada penghuni di sana selain udara dan debu.

Aku langsung memandangnya kesal. "Kamu lagi ngasihanin aku?"

Dia malah tertawa kecil yang mungkin akan manis sekali menurut cowok. "Kalau mau jujur, aku cuma mau beramah tamah. Udah sifatku nggak suka liat orang sendirian di pojok tau! Kalau kamu kenapa-kenapa, misalkan mendadak demam di sekolah, nggak ada yang nolongin gimana?"

Nah lo sekarang kenapa rasanya aku yang ditohok? Memang aku tidak mungkin demam, tapi kalau pingsan karena kelelahan masih bisa. Serius rasanya perutku habis ditikam menggunakan pisau tak terlihat atau semacamnya saat pernyataan itu terlontar. Kedengarannya seperti Devi mengatakan: "Di kelas ini nggak akan ada yang peduli sekalipun lo mati."

"Bercanda!" Devi tersenyum menenangkan, yang terlambat sekali. Perasaan ditikam itu tidak bisa ditenangkan sekarang. "Nggak usah pasang tampang horor gitu! Kita semua di sini manusia, kok, jadi walaupun sehari-harinya kamu pasang muka minta ditabok, pasti bakal ada yang nolongin kamu tanpa pamrih!"

Bicaranya kedengaran sok sekali.

"Tapi kamu juga jangan terlalu pendiam gini dong!" Omigod! Dia meyenggol bahuku pakai tangan! Dia orang pertama yang berani sok akrab begini padaku! "Sekali-kali ngobrol sama kita nggak akan mati kok!"

Untuk ukuran cewek pucat kurus yang katanya punya badan lemah, anak ini lumayan cerewet. Omongannya lugas dan kadang menohok, tapi semuanya benar. Kesannya memang menggurui, tapi aku tidak bisa melawan karena memang aku yang salah. Baru kali ini ada sesama cewek yang bisa membuatku mati kutu begini.

"Lihat nanti aja deh." jawabku cuek.

"Oh ya, Nirina, kamu mau nggak—

"Permisi." Seorang gadis berkaca mata yang tamoak culun mencuat di antara kami. Secara bersamaan aku dan Devi menoleh ke gadis itu yang, di luar penampilannya yang culun, sama sekali tidak berkedip di bawah tatapan kami. Dia lantas memandangku. "Kamu yang namanya Nirina Subrata?"

RasendriyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang