17. Jejak dari Nirina Subrata

2.2K 371 8
                                    


"Hai." Adalah kata pertama yang keluar dari mulutku di video. Dia tersenyum ke kamera—atau dalam kasus ini, padaku, "Kalau kamu Devi, aku minta maaf tidak pernah menjelaskan apapun. Kamu boleh melihat semua isi folder ini dan memutuskan harus berbuat apa." Aku mengernyit bingung. Diriku di video ini bicara dalam bahasa Indonesia baku dengan sedikit aksen aneh, aksen yang sekarang ini tidak kumiliki.

"Tapi jika kamu adalah aku, ada sesuatu yang harus aku katakan." Detak jantungku sempat naik setingkat mendengar nada serius dari diriku di video. Namun ketegangan itu mencair setelah diriku di video tertawa pelan. "Sebenarnya... ada 'banyak' hal yang mau kukatakan, bukan hanya 'ada'."

Sekali lagi, wajah diriku di video berubah serius.

"Kalau kamu sampai buka video ini, artinya kamu tidak ingat apapun dan butuh tahu semua. Aku bisa tebak pasti Dia yang melakukannya." Dia? "Kamu pasti tahu siapa dia yang aku maksud ini, karena jika tebakanku benar, dia akan ada di dekatmu sekarang, tidak melepaskanmu dan terus berusaha melampiaskan dendamnya."

Apa yang dia maksud di sini Len?

"Ah tentunya bukan salah satu rasendriya itu yang kumaksud. Mereka tidak akan sebaik itu untuk membiarkanmu hidup." jawabnya seolah bisa membaca pikiranku. Kemudian aku di video tersenyum misterius, seolah tahu nama yang secara mengejutkan baru saja terlintas di benakku. "Ya, tentu saja dia. Kamu juga pasti tahu. Dia yang jadi asal semua rasendriya itu." Yang menjadi awal mula? "Entah nama apa yang dia pakai sekarang, tapi aku di sini mengenalnya dengan nama aslinya, yah walaupun dia benci sekali jika dipanggil dengan nama asli."

Apa ini seperti yang aku pikirkan? Apa dia yang dimaksud di sini seperti yang ada di kepalaku? Mahendra?

"Di dalam folder ini tersedia semua data yang kamu butuhkan seandainya kamu belum mengerti penjelasanku. Setelah kamu melihat semua file ini, kamu bisa membuka folder selesai di dalam sini. Virus di dalam folder itu akan menyebar dan merusak semua file ini sehingga tidak akan ada yang bisa membacanya lagi," dia melanjutkan sambil tersenyum, senyum yang entah kenapa membuatku berpikir bahwa aku masih baik-baik saja, belum dalam keadaan gawat. "Meski kamu hilang ingatan, aku yakin kamu bisa menghapal semua yang ada di dalam folder ini dalam sekali lihat. Amnesia tidak memengaruhi IQ, hanya kepribadian."

Menit di video tersisa tiga menit lagi saat ekspresi diriku di dalam sana berubah murung.

"Ngomong-ngomong kepribadian, aku penasaran seperti apa aku yang melihat video ini. Apa kamu sama sepertiku? Apa kamu juga melakukan kesalahan yang sama denganku di sini? Maksudku tidak berdaya, dan selalu saja menyakiti orang-orang?"

Menyakiti orang-orang? Apa yang dia maksud ini Devi dan semua chiranjiwin?

"Mungkin perasaanmu yang sekarang berbeda dari apa yang aku rasakan sekarang, tapi..." Aku di video terlihat sekali ingin melarikan pandangannya dari kamera, tapi tidak bisa. "Tolong... aku benar-benar mohon..." Asal kalian tahu, bagiku—yang sekarang—memohon bukanlah sesuatu yang mudah. Jika aku sudah sampai memohon, artinya permintaan ini sangat penting bagiku. Meskipun arti kata "mohon" bagi diriku yang di video ini mungkin tidak sama, tapi aku tidak keberatan menganggapnya sebagai sebuah permohonan penting juga.

"Aku mohon," Aku di video mengulangi permohonan itu, "jangan biarkan dia menderita lagi. Dia sudah cukup menderita selama ini. Tolong jangan tambah penderitaannya. Aku tahu ini bisa jadi terdengar tidak masuk akal di telingamu, tapi aku benar-benar memohon. Aku tidak ingin dia disakiti lagi." Kemudian aku di video tersenyum lemah. "Lalu ada satu lagi..." Diriku di video menyampaikan satu pesan terakhir sebelum video akhirnya selesai.

RasendriyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang