22. Keputusan Mahendra

2.8K 352 31
                                    


"Kamu sendirian dan akan selalu sendirian." Di dalam kegelapan, kata-kata tanpa wujud itu terngiang. Meski tak melihat, Mahendra sudah tahu, siapa pemilik suara indah yang suara menggelegar dalam karisma yang menciutkan nyali itu. "Kau akan selalu mengembara dalam pengasingan tanpa teman ataupun tempat bernaung. Kau tidak akan tinggal ataupun mendapat keramah tamahan. Orang-orang akan menjauhimu dan kau tidak akan pernah menemukan kebahagiaan. Tubuhmu akan membusuk dan darah tidak akan berhenti mengalir dari setiap lubang di tubuhmu. Kau akan terus berdoa dirimu mati, tapi kau tidak akan pernah mati setiap detiknya. Kau hanya akan terus mengembara dalam kesendirian."

Mahendra ingat betul perasaan yang ia rasakan ketika kata-kata kutukan itu dilepas: nyali yang mendadak ciut, dunia yang mendadak sunyi menyisakan dia seorang diri menghadapi kemarahan seorang awatara, dan sekelumit penyesalan yang terlambat datang. Suara itu terdengar jelas seakan dirinya sedang kembali ke masa lalu dan mengulang kejadian yang sama untuk kedua kalinya. Tapi Mahendra lebih tahu, semua tidak sedang diulangi lagi.

Ini hanyalah permainan alam pikiran, sang chiranjiwin terkutuk menyimpulkan. Permainan alam pikiran yang tak henti terus menyalahkannya atas kesalahan yang dulu aku perbuat. Ini semua tidak nyata.

Meski begitu, meski semua ini tidak nyata, Mahendra tetap terganggu dengan semua kilas balik dari alam pikirannya ini karena semua kata-kata itu hanya mengingatkannya pada kesalahan masa lampau yang dulu dilakukannya dan tidak akan pernah bisa dia tarik kembali di masa kini, apapun yang terjadi.

Tidak bisa, karena pilihan telah terlanjur ia buat dan nyawa sudah terlanjur ia cabut.

"Akan ada satu waktu kau tidak lagi sendirian. Akan ada satu orang hadir di sisimu," kata-kata Rsi Parasurama berdengung di dalam kepalanya. Dan Mahendra ingat betul betapa ia lega mendengarnya, betapa, meski kutukan atas dirinya tidak diangkat, untuk pertama kali dalam hidupnya yang dikutuk, napasnya terasa ringan.

Kemudian kata-kata petaka itu datang. "Kau hanya akan membawa penderitaan kepadanya."

Untuk kali pertama dalam hidupnya yang panjang, ada seseorang yang hadir. Untuk pertama kali dalam hidup sang chiranjiwin yang telah dikutuk, akan ada seseorang yang akhirnya tidak menjauh darinya. Selama umurnya yang panjang dan tak memiliki apa-apa, akhirnya dia merasa memiliki sesuatu.

Tapi ia hanya akan memberikan penderitaan pada gadis yang mencoba berada di sisinya. Dirinya telah dikutuk lagi untuk memberikan penderitaan pada kemungkinan hanya satu-satunya orang yang mau berada di sisi dirinya yang kotor dan dikutuk ini.

Aku mengerti alasan dari kutukan yang pertama ... tapi kutukan yang ini, aku sama sekali tidak mengerti kenapa dijatuhkan kepadaku.

Membawa penderitaan pada orang yang memutuskan untuk bersamanya, kutukan itu seolah mengancam Mahendra, jika dia berani mencoba untuk mendekati seseorang dan mencoba untuk mengetes batas kutukan ini, dia hanya akan membawa penderitaan pada orang itu ... yang sudah pasti akan berujung pada semakin dalam penderitaan yang ia alami dalam pengasingan panjang ini.

"Tapi apa itu kutukan yang lebih berat ataukah anugerah di antara kutukan, kau sendirilah yang memutuskan."

Ini kutukan yang sangat berat, Mahendra memutuskan tanpa ragu. Dibanding hidup abadi dalam kesendirian, dibanding pengasingan tanpa akhir ini, gadis itu adalah siksaan terberat yang ia alami.

Mahendra ingat, pernah di satu hari ia menyatakan kutukan ini ketika mereka masih sama-sama di dalam laboratorium dan gadis itu menolak untuk membedahnya, menambah daftar luka yang diukir di tubuh rapuh nan mungil Kinnara yang mencoba melindungi Mahendra waktu itu. Sang chiranjiwin yang tidak tahan, mencoba untuk mengakhiri penderitaan gadis itu dengan kesiapan hati untuk ditolak dengan kasar olehnya.

RasendriyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang