Alenta

26.9K 1.2K 69
                                    

haiii, selamat pagi. minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin semuanya. sebelumnya terimakasih untuk yang masih baca dan menyukai cerita LDR ini. sekedar informasi LDR ini ada sekuelnya judulnya LOVELY SEA, bisa di cari di discover atau di profil aku langsung hihihi.

oh iya, ini ada cerita dari Alenta saat Laut pulang dari London. cuus dibaca. 


-------------------------------------------------------------


Matahari di ufuk barat sana tengah mencuri perhatian para pengunjung pantai. Aku rindu tempat ini, tempat dimana pria itu melamarku, ingin manjadikanku sebagai wanita terakhir yang akan mengisi hari-harinya. Kalaupun ada wanita lain, itu adalah anak-anak yang akan kulahirkan kelak untuknya. Namun, dengan bodohnya aku menolaknya, memintanya untuk kembali menungguku. Meski pada akhirnya, ia tetap setia menungguku walau kondisiku tak seperti hampir empat tahun lalu saat ia meninggalkanku.

Kupeluk diriku sendiri saat matahari benar-benar tenggelam dengan diiringi angin yang melambai menyentuh kulitku yang terbalut selendang hitam pemberiannya beberapa bulan lalu. Ia mengirimkannya lewat Pelangi yang saat itu tengah berkunjung ke London untuk berlibur.

Aku merindukannya. Sungguh, meski pada akhirnya aku juga takut untuk bertemu dengannya. Takut dengan kenyataan yang sampai saat ini tak bisa kulepas begitu saja dari otakku. Kejadian dimana aku benar-benar takut kehilangannya andai dia tahu sebenarnya.

Langkah kakiku membawaku pada mobilku yang terparkir manis di dekat pantai ini. ehm, lebih tepatnya aku menyewa mobil itu untuk keliling kota ini. aku ingin mengingat betapa aku bahagia bisa mengelilingi kota ini bersamanya beberapa tahun yang lalu. Saat dimana dia kembali berubah menjadi pria menyebalkan sekaligus pria yang sangat aku cintai, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Pria yang menerimaku apa adanya. Pria yang rela menungguku meski tak pernah aku berikan sebuah kepastian. Pria yang rela berubah menjadi sosok yang begitu romantis dengan perhatian-perhatiannya yang tak pernah kudapatkan saat kami menjalin cinta dulu. Pria yang rela saja kuakui sebagai kekasih di depan gadis yang jelas-jelas mencintainya. Pria yang rela menyibukkan dirinya dengan buku dibanding dengan wanita-wanita yang diam-diam menatapnya dengan penuh keingingan memilikinya. Tapi pria itu sama sekali tak perduli. Ia menjadikanku prioritasnya. Dan aku suka itu.

Aku langsung menuju bandara setelah mengembalikan mobil yang kupinjam dari rental. Sudah waktunya aku kembali ke rumah. Sejak kemarin aku meninggalkan Rain bersama Mama dan Ayah, aku takut putri kecilku itu akan rewel meski ia begitu dekat dengan keluargaku, bahkan keluarga Laut juga begitu dekat dengannya. Ia seperti idola yang selalu menjadi rebutan. Seperti Aster juga.

Rasa kantuk itu menyerangku saat aku keluar dari bandara. Menunggu Kak Langit yang berjanji untuk menjemputku. Mataku menyipit saat melihat pria itu berdiri di samping koper besar berwarna hitam. Tangannya sibuk memainkan ponsel, kedua telinganya disumbat dengan ear phone.

Hampir empat tahun aku tak bertemu langsung dengannya membuat jantungku terasa berhenti berdetak. Mataku tak berkedip sama sekali saat mata itu menyadari jika aku sedari tadi memperhatikannya. Keningnya berkerut dan matanya menajam memandangku. Aku hanya meringis dan menundukkan kepalaku.

Aww! Siaaallll!!! Kenapa dia menyentil dahiku. Memangnya aku salah apa padanya? Bertemu saja baru hari ini, terakhir memberi kabar sebulan yang lalu. Tapi saat dia melihatku di sini bukannya pelukan atau kata rindu yang diucapkannya malah jarinya yang panjang itu menyentil dahiku tanpa perasaan. Memangnya dahiku ini apa?

Aku menatapnya tajam dan dibalas dengan decakan kesal dari bibir tipisnya. "Ngapain malem-malem di sini?" tanyanya dingin. Dasar manusia es! Aku jadi menyesal memintanya untuk menjadikan dirinya sendiri seperti dulu tanpa merubah siapa dirinya.

Long Distance RelationshipWhere stories live. Discover now