LDR 6

39K 2K 64
                                    

LDR 6

Lenta buru-buru berpura-pura tidur saat mendengar pintu dibuka, ia akan membongkar hubungan Viona dengan Kakaknya hari ini juga. Seenaknya saja menyembunyikan kabar bahagia ini selama satu tahun.

Lenta mendengar derap langkah kaki Viona mendekat kearahnya, dan merasakan tatapan Viona padanya. "Lenta tidur. Cepet amat." Ucapnya yang kemudian berjalan menjauh. Mata Lenta terbuka dan melihat Viona yang berjalan mendekati kakaknya, Viona duduk di samping Langit yang tidur di sofa, Viona memunggungi dirinya, jadi kemungkinan untuk ketahuanpun sangat kecil.

Viona membelai lembut rambut hitam legam milik Langit, rambut itu sudah menutupi kedua mata Langit, membuat Langit tersenyum tipis saat melihat pemandangan di depannya, terakhir kali bertemu dengan Langit sekitar tujuh bulan yang lalu, saat Langit terpaksa pulang ke Indonesia karena Lenta yang mengalami kecelakaan motor. Viona bisa lihat, saat itu Langit benar-benar khawatir dengan kondisi Lenta dan saat itu Viona sadar ia mencintai orang yang tepat.

"Kak, bangun makan dulu." Seru Viona lembut membuat Lenta sedikit heran, bagaimana bisa cewek ceplas-ceplos seperti Viona bisa berlaku lembut seperti itu.

Merasa dipanggil dan sentuhan lembut yang masih menyentuh rambutnya, Langit membuka matanya dan dilihatnya sosok gadis yang begitu ia cintai duduk disampingnya dengan menghadap dirinya. Langit tersenyum tipis, ia mengangkat tubuhnya dan duduk menghadap Viona. Direngkuhnya tubuh mungil itu kedalam pelukannya, memberikan seluruh kerinduan yang selama ini tersimpan rapi di dalam hatinya pada sosok gadis yang mengusiknya beberapa bulan ini karena tak pernah adanya pertemuan. "Miss you, so Vi." Langit menghirup dalam-dalam aroma shampo yang digunakan gadis itu.

"Me too, Kak." Viona mempererat pelukannya. Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia juga merasakan apa yang Langit rasakan saat ini.

Di atas ranjang sana, Lenta merasa iri dengan sepasang kekasih ini, Viona langsung mendapatkan pelukan hangat dari kakaknya, sementara dirinya saat bertemu Laut boro-boro di peluk, yang ada mereka langsung bertengkar. "Ehem. Jangan bikin gue iri, kali!" Seru Lenta membuat dua anak manusia itu langsung melepaskan pelukan mereka. keduanya menatap tajam Lenta, seolah berbicara 'Ngapain lo pura-pura tidur dan ngintipin kita?'

Lenta mengerti maksud tatapan itu, ia buru-buru menjawab "Siapa suruh pacaran nggak bilang-bilang. Kaya gue itu cewek yang bakal ngerusak hubungan kalian aja sih." Ketus Lenta, ia turun dari ranjangnya. Selang infus itu sudah terlepas sejak tadi pagi, dan sore nanti Lenta sudah diperbolehkan untuk pulang.

"Emang. Selama ini kan kamu selalu nggak setuju sama pacar-pacar Kakak." Ketus Langit membuat Lenta mendelik kesal, ia menempatkan dirinya di tengah-tengah pasangan yang dilanda kerinduan itu.

"Aku nggak setuju karena mereka itu nggak bener, mereka itu baik di depan Kakak, tapi sama aku pada jutek dan mereka juga cuma ngincer harta Kakak aja, tahu!" Ketus Lenta yang menatap tajam pada Langit. Matanya beralih pada Viona yang kini menundukkan kepalanya, memainkan jemarinya yang saling bertaut. "Lo juga. Sahabat macem apa sih, pacaran sama Kakak gue tapi nggak ngasih tahu gue, kalau gue tahu dari dulu lo pacarnya Kak Langit, nggak akan gue biarin lo deket-deket sama cowok-cowok, terlebih gue nggak akan biarin Keira sama Galih buat comblangin lo sama temen-temen mereka yang nggak ada warasnya." Pernyataan Lenta kontan membuat keduanya saling bertaut heran, namun sedetik kemudian keduanya mengerti dengan ucapan Lenta.

"Lo nggak marah gue pacaran sama Kak Langit?" Tanya Viona mencoba memastikan bahwa otaknya tak salah mencerna arti kalimat yang dilayangkan oleh Lenta tadi.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang