LDR 12

32.2K 1.7K 68
                                    

           

Lenta dan kedua orang tuanya baru saja sampai di rumah. Keadaan rumah begitu sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Lenta langsung berlari menuju kamar Langit, mencoba menemui kakaknya yang siapa tahu saja ada di dalam kamarnya.

            "Kaaak, Mama udah pulang nih." Teriak Lenta yang masih berada di anak tangga.

            "Langit nggak ada sayang, mobilnya kan nggak ada di garasi. Emang kamu nggak lihat tadi garasi kosong?" Mudra mengingatkan putri bungsunya itu. Dengan seketika, Lenta menghentikan langkah kakinya, Ia menepuk dahinya sendiri demi mengingatkan dirinya.

            "Oh iya, Lenta lupa. Abis saking senengnya tadi nggak ngeh kalau mobilnya Kak Langit nggak ada." Lenta kembali menuruni tangga, menyusul Ayah dan Mamanya yang sudah duduk di ruang keluarga.

            Telfon yang duduk manis di atas meja membuat keceriaan itu terhenti sejenak, Lenta bangkit kembali dari duduknya dan segera mengangkat telfon masuk malam-malam begini. "Selamat malam dengan keluarga Samudra di sini." Sapa Lenta dengan senyum yang masih mengembang di bibirnya.

            Gagang telfon yang sedari tadi menempel di telinga kanannya terjatuh begitu saja saat mendengar sebuah kabar dari sosok di sebrang sana. Hal itu membuat kedua orang tua Lenta menoleh kepada gadis itu. Alien merasa hatinya tiba-tiba saja kacau, ada rasa sakit di dalam sana saat melihat raut wajah putrinya.

            "Sayang, ada apa?" Tanya Mudra yang sudah berdiri di depan Lenta. Tangis Lenta pecah saat itu juga mengingat apa yang diucapkan oleh seseorang yang menelfon tadi.

            Alien ikut bangkit dari duduknya, ia mendekati Lenta dan juga Mudra "Lenta, kenapa sayang?" kini giliran Alien yang bertanya.

            "Kak Langit masuk rumah sakit Ma, Yah." Jawab Lenta diiringi isak tangisnya. Hal itu kontan membuat Alien menjatuhkan air matanya kembali. Rasa sakit yang menyusup di dalam hatinya tadi ternyata merupakan sebuah firasat seorang ibu kepada putra sulungnya.

            "Yasudah, kita ke rumah sakit sekarang." Mudra langsung menggiring dua wanita yang berharga di dalam hidupnya, segera menuju rumah sakit.

***

            Laut memperhatikan bintang yang malam ini menaburi langit hitam Yogjakarta. Ia tidak bisa tidur meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 WIB. Bayu sudah terlelap di alam mimpinya, sementara ia masih memainkan ponselnya, berharap mendapatkan kabar dari gadisnya itu.

            "Len, kamu dimana sih? Seharian nggak ada kabar, ngambek sih ngambek tapi nggak perlu matiin ponsel juga kali." Gerutu Laut yang memperhatikan layar ponselnya. Layar yang menampilkan sosok gadis tengah tersenyum manis kearahnya.

            Ponselnya bergetar, namun senyum itu tak kunjung hadir di bibirnya, kendati yang menghubunginya adalah Galih bukanlah Lenta—gadisnya. "Kenapa Lih?" Tanya Laut tak semangat.

            "Kak Langit kecelakaan Ut." Jawaban Galih membuat mata Laut membulat seketika.

            "Kok bisa?" Tanya Laut cepat.

            "Tadi Kak Langit nganterin Vio pulang, terus pas dia mau balik ke rumah mobilnya nabrak pohon. Gue juga nggak tahu kenapa bisa, soalnya ini kecelakaan tunggal gitu. Tadi Kak Langit juga sempet kehilangan banyak darah, dan Mamanya yang kebetulah golongan darahnya sama kaya Kak Langit ngedonorin darahnya gitu. Dan sekarang, Lenta udah agak tenangan, sebelumnya dia terpukul banget karena Kakaknya kecelakaan." Cerita Galih panjang lebar.

            "Galih, gue mau ngomong sama Lenta boleh nggak? Gue bener-bener nggak dapet kabar dari dia seharian ini." pinta Laut.

            "Oke, bentar ya."  Laut menunggu Galih. "Laut, Sorry. Lenta lagi nggak mau ngomong sama siapa pun. Dia lagi butuh istirahat." dengan nada penuh penyesalan, Galih mau tak mau mengatakan apa yang dikatakan Lenta padanya.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang