LDR 14

34.5K 1.4K 347
                                    



Lenta berjalan di sepanjang koridor kampusnya. Mata kuliah hari ini baru saja selesai saat waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Hari ini ada mata kuliah tambahan sehingga yang harusnya selesai pukul 14.00 WIB tadi harus super ngaret seperti sekarang.

Lenta meraih ponsel yang ada di dalam tasnya, ia baru ingat tadi ponselnya terus saja bergetar, yang diyakini terdapat beberapa pesan masuk ke dalam ponselnya. Lenta duduk di sebuah kursi yang ada di koridor. Ia membuka pesan masuk yang diketahui dari Laut itu.

From : Laut :3

Dimana? Belum selesai juga matkul tambahannya?

Dengan cepat, Lenta menarikan jemarinya di atas layar ponselnya. Mengetikkan balasan untuk Laut.

Sent : Laut :3

Masih di kampus baru selesai. Ini mau pulang.

Lenta kembali melangkahkan kakinya keluar gedung fakultas seni dan bahasa. Ia mencari earphone yang ada di dalam tasnya, memasangnya pada ponsel dan kemudian mendengarkan musik lewat earphone yang baru saja disumpal dikedua telinganya.

Lenta duduk di halte, menunggu bus yang akan melewati komplek perumahannya lewat. Biasanya, jika sudah pukul segini bus yang melewati perkomplekan rumahnya cukup jarang lewat.

Lenta sibuk dengan ponselnya lagi, berSMSan-ria dengan kekasihnya, Sesekali tawa itu keluar begitu saja dari bibirnya meskipun tawa itu hanya tawa kecil. Lenta mengangkat kepalanya, tepat didepannya saat ini sosok pria yang begitu dikenalnya tengah berdiri dengan kedua tangan bersedekap di atas dada, menatapnya dengan tatapan heran.

"Hai Ram. Belom balik?" Tanya Lenta santai, ia kembali menatap layar ponselnya setelah menatap pria yang dipanggilnya Ram, atau lebih tepatnya Rama.

Rama mendengus kesal mendengar pertanyaan plus respon gadis yang akhir-akhir ini terselip namanya disalah satu sudut ruang hatinya. "Menurut lo?" Rama balik bertanya, sementara Lenta memasukkan ponselnya dengan kikikan yang muncul dari bibir tipisnya, membuat Rama semakin memuja gadis dihadapannya itu. "Mau bareng nggak?" Tanya Rama lagi.

"Berhubung lo maksa, oke deh!" Dengan tanpa dosa dan sedikit tidak nyambung dengan pertanyaan Rama, Lenta bangkit dari duduknya, berjalan melewati Rama dan masuk kedalam Toyota yaris hitam milik pria itu.

Rama heran, kenapa setelah dekat dengan Lenta sikap gadis yang dilihatnya pertama kali begitu rapuh itu kini berbanding terbalik? Sikap menjengkelkan juga terkadang membuat Rama harus menahan nafas karena kata-kata manis yang seenaknya suka keluar dari bibir Lenta membuat hatinya benar-benar terukir nama gadis itu. Saat ini Rama menyadari satu hal, mengapa semua orang dengan mudah mampu menyayangi gadis didekatnya ini, gadis itu begitu ceria, mudah beradaptasi dengan lingkungan, dan yang pasti di dalam diri gadis itu terasa ada cahaya yang melingkupinya sehingga membuatnya bersinar dan berbeda dari gadis-gadis yang lain.

Rama mengikuti Lenta, ia duduk dibalik kemudinya dan tanpa kata melajukan mobilnya. "Perasaan tadi gue nggak maksa lo buat ikut gue deh, tapi gue cuma nawarin doang." Rama membuka percakapan, melanjutkan percakapan yang terputus saat keduanya masuk kedalam mobil.

Lenta terbahak dengan ungkapan hati Rama barusan. "Sebelum ada pemaksaan lebih lanjut, lebih baik gue ikut duluan. Lagian, emang lo nggak takut apa kalau misalnya gue nunggu bus sendirian di halte dan nanti ada preman lewat terus ganggu gue. Emang lo nggak takut kehilangan gue, Ram?" Lenta mulai memelas diakhir kalimatnya, membuat Rama memutar bola matanya malas. Heran juga, mengapa ia bisa tertarik dengan gadis disebelahnya ini. Oh tunggu, Rama baru ingat ada satu sisi lain yang membuat Rama benar-benar tertarik pada gadis ini terlepas betapa mudahnya semua orang menyayangi gadis di sampingnya tersebut.

Long Distance RelationshipWhere stories live. Discover now