LDR 7

37.6K 1.9K 141
                                    

LDR 7

Lenta menuruni anak tangga di rumahnya. Sedari sureprice ulang tahunnya berakhir, Lenta tak keluar dari kamarnya sama sekali, tak perduli saat Laut tengah berpamitan pulang ataupun teman-temannya yang lain, bahkan sang Ayah dan Langit ikut didiamkannya seharian ini.

"Dek, kamu mau kemana?" Langit menatap heran Lenta yang sudah berada di anak tangga terakhir.

"Makan malem sama gue, Kak. Nggak pa-pa kan?" Laut muncul di balik punggung Langit, membuat Langit memutar tubuhnya dan tersenyum manis pada Laut. Ternyata adiknya sudah baikan dengan Laut—pikirnya saat itu.

"Iyaudah, nggak pa-pa. Jangan malem-malem yah." Pesan Langit yang diangguki oleh Laut. Lenta berdecak kesal, memang ia yang meminta Laut untuk menemaninya bertemu dengan sang Mama, namun kalau sudah begini ia jadi malas bertemu dengan Laut.

Disini mereka sekarang, berada di dalam mobil Laut. Lenta menatap jalanan ibukota yang masih padat, sementara Laut berkonsentrasi pada jalan yang ada didepannya. Bosan. Itulah yang saat ini Laut rasakan, hampir satu jam berada di mobil namun keadaannya begitu hening, biasanya Lenta akan bercerita mengenai apa saja yang telah dialaminya, tapi ini?

Ponsel Laut yang ada di dasbor bergetar dan ini membuat perhatian Lenta berubah padanya. "Tolong angkatin telfonnya." Pinta Laut, sebenarnya ini hanya akal-akalannya saja agar Lenta tak kembali diam.

"Nggak mau, angkat aja sendiri." Tolak Lenta cepat.

"Oke, tapi setelah ini jangan salahin aku kalau kita masuk rumah sakit." Laut bersiap-siap untuk mengambil ponselnya namun dengan cepat dan tanpa kata Lenta meraih ponsel Laut terlebih dahulu dan mengangkat telfon dari kontak namanya bertuliskan Kei.

"Hallo, Lautnya nggak bisa angkat telfon dan dia lagi nyetir, jadi kalau mau ngomong sama gue aja biar gue sampein." Tanpa jeda dan dengan meredam emosi sekuatnya kata-kata itu bisa juga terlontar dari bibir Lenta.

"Oh yaudah, nggak usah deh. Tolong bilang aja nanti gue nelfon lagi, jadi kalau udah di rumah suruh SMS gue aja." Kei menjawab dengan santai disebrang sana.

"Oke. Nanti disampein." Lenta langsung menutup telfon dari Kei tanpa persetujuan dari pihak Kei. Ia meletakkan dengan kasar ponsel Laut di dasbor. Tak perduli jika setelah ini ponsel Laut bisa saja rusak karenanya. "Abis ini lo bisa balik, nggak usah ketemu sama Mama dan setelah itu lo bisa telfonan sama Kei." Lenta meletakkan kedua tangannya diatas dadanya, pandangannya kembali menelusuri jalanan ibu kota.

Laut memasuki pelataran cafe, ia tak perduli dengan apa yang diucapkan oleh Lenta barusan, ia tetap keluar dari mobilnya setelah Lenta keluar terlebih dahulu. Kakinya mengikuti langkah kaki Lenta. Lenta menghentikan langkahnya di depan pintu masuk, membuat Laut ikut menghentikan langkah kakinya. "Lo ngapain sih ngikutin gue? Udah sana balik aja. Terus telfon mantan lo itu." Lenta mendorong Laut menjauh, namun Laut masih bertahan di tempatnya berdiri. Nyatanya, tenaga Lenta tak berpengaruh sedikitpun pada Laut.

"Kamu tuh bawel banget sih. Nggak kasihan sama Mama kamu? Kita udah telat setengah jam loh." Laut masih berusaha sabar, ia sadar ini juga kesalahannya. Tangannya memberantakkan rambut Lenta dengan penuh sayang.

Lenta masih cemberut, ia menyentakkan tangan Laut yang ada di atas kepalanya, ia berbalik dan segera masuk ke dalam cafe. Dan disana, di sudut kanan cafe, dilihatnya wanita yang kurang lebih dua belas tahun ini tak menemani tumbuh kembangnya. Wanita itu masih sama cantiknya dengan terakhir kali yang dilihatnya, Lenta tahu saat itu ia masih sangat kecil namun ia masih ingat betapa cantiknya wanita yang telah melahirkannya itu.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang