LDR 8

34.7K 1.7K 86
                                    

LDR 8

Kiera mengetuk sebuah pintu ruangan di rumah mewah yang beberapa hari lalu dikunjunginya. Ia tak datang sendiri, disampingnya berdiri sosok pria tampan dengan mata tajamnya, bola matanya berputar malas saat Kiera masih dengan kegiatannya mengetuk pintu tersebut, menunggu seseorang dari dalam untuk membuka pintu tersebut.

"Ra," Kiera langsung mendapatkan sebuah tubuh yang memeluknya—sahabatnya, Lenta—kini gadis itu menangis di dalam pelukan Kiera, Kiera mencoba menenangkan Lenta.

Sementara itu, pria yang berdiri disamping Kiera menatap wajah Lenta dengan penuh kekaguman. Meskipun, wajah itu dipenuhi dengan air mata ataupun rambutnya yang berantakan namun pria itu tak mengurangi sedikitpun kekagumannya pada Lenta.

"Udah ya Len, gue yakin ini bentuk emosi Kak Langit sesaat aja kok. Kak Langit kan orang baik, jadi mana mungkin Kak Langit benci sama Mamanya sampai segininya." Kiera melepaskan pelukan Lenta, ia membawa Lenta kesebuah sofa di ruang keluarga yang ada di depan kamar Lenta.

Kiera sudah mengetahui semuanya, Viona yang menceritakan semuanya, dan karena Viona-lah, Kiera sampai disini. Viona memberitahukan jika ia tengah bersama dengan Langit yang sedang emosi karena Mamanya menelfon, dan dengan cepat Viona menyuruh Kiera untuk kerumah Lenta, melihat kondisi gadis itu sekarang. Dugaan Viona tak melesat, Lenta saat ini tengah berada di dasar kesedihannya.

Pria itu mengikuti Kiera dan Lenta, ia duduk di sofa single yang ada di sisi kiri meja. "Makasih ya Ra, lo udah dateng kesini. Saat gue nggak tahu harus kemana. Viona lagi nenangin Kak Langit, dan Laut nggak tahu kemana." Lenta menghapus air matanya, tersenyum tipis pada Kiera yang balas tersenyum padanya.

"Len, gue tahu kok gue nggak sebijak Viona kalau ngasih nasehat, gue juga suka sibuk sama cowok-cowok gue, tapi gue juga bisa jadi pendengar yang baik. Jadi, kalau lo ada masalah lo bisa cerita juga sama gue. Gue janji setelah ini, gue bakal ngeluangin waktu buat lo juga buat Viona, eh tapi kalau Viona sekarang lagi sibuk deng sama Kak Langit, hehehe." Dengan gayanya yang seperti anak kecil, Kiera mencoba menghibur Lenta, dan ini berhasil. Tawa kecil Lenta muncul dari bibir tipisnya, membuat Kiera ikut tersenyum. "Gitu dong, itu namanya Lenta gue." Kiera kembali memeluk Lenta.

"Iya, maaf yah. Padahal gue tahu, gue masih punya lo, tapi gue malah ngurung diri di kamar. Abisnya, gue sebel sama Laut, di telfon nggak di angkat-angkat, alhasil pikiran gue buntu deh." Lenta melepaskan pelukan Kiera, dan kini matanya menatap pria yang tengah asik menatap dirinya juga. "Kiera, itu siapa?" Tanya Lenta berbisik. Pandangan Kiera beralih pada pria yang datang bersamanya tadi.

"Oh iya, lupa ngenalin.Len, ini tuh sepupu gue yang dari Solo namanya Rama, dan Rama ini temen gue namanya Lenta." Kiera memperkenalkan keduanya, Rama tersenyum penuh maksud pada Kiera sementara Lenta tersenyum ramah pada Rama.

"Rama." Pria dengan mata tajamnya itu mengulurkan tangannya, berniat untuk berkenalan dengan Lenta, berharap ia bisa mengenal lebih jauh sosok Lenta.

"Lenta." Lenta membalas uluran tangan tersebut. Kiera menatap keduanya dengan tersenyum tipis.

Ada sesuatu yang membuat bibir Kiera tertarik sebuah senyuman, terlebih saat ini Rama dan Lenta tengah sibuk berbincang. Ada rasa lega saat Kiera melihat Lenta sudah tak lagi mengingat masalahnya, terlebih yang membuat Lenta seperti ini adalah Rama—sepupunya.

***

Laut memasuki sebuah kamar bersama dengan Bayu, ia meraih ponselnya yang ada di nakas samping tempat tidur. Mereka baru saja mengelilingi Malioboro, meskipun baru sampai Yogja sekitar pukul 17.00 WIB, namun rasa lelah itu tak terasa saat sampai disana, menikmati suasana malam kota Yogja.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang