Beginning // Prolog

6.4K 290 11
                                    

"Team 2, segera memasuki siaga penerbangan." Suara tegas dari pengeras suara membuat Lucas membanting sendok dan garpunya.

"Yang benar saja, apa mereka tidak melihatku sedang makan?"

David memukul pundak temannya, "Ayolah Lucas, tak mudah orang-orang bekerja seperti kita."

Lucas mendengus, pria itu berdiri, mengambil segelas air mineral dan meneguknya. "Ayo." Ajaknya pada David.

Mereka berdua dan sekitar selusin orang-orang berjalan menuju divisi penerbangan siaga. Costum ketat berwarna hitam dengan segala keperluan dan keadaan darurat terpakai indah di tubuh proporsional mereka. Membuat kesan mewah dan tangguh.

David melihat secarik peta pembagian wilayah penyisiran yang dibagikan sebelum jam makan tadi. "Kita satu daerah lagi bro."

Lucas menatap acuh tak acuh, "Berharap aku menyelamatkanmu lagi?"

David memberengut, "Jangan sepele, suatu saat nanti aku akan menyelamatkanmu."

Lucas mengabaikan David setelah mereka masuk melalu pintu besi yang di atasnya tertempel tulisan Devisi Penerbangan Siaga.

"Semoga ada yang menarik." Seru David menyenggol bahu Lucas.

Lucas menoleh sejenak lalu mengangkat bahunya, Lucas kenal betul dengan David yang banyak mengoceh.

Lucas membuka lokernya, menarik dua pedang kembarnya dan meletakkannya di sarung punggungnya.

"Kau memakai pedang itu untuk pertahanan? Oh ayolah, itu tidak akan berfungsi." Oceh David sambil mengemas senjatanya.

Lucas menutup lokernya, memasang jetpacknya dan mengencangkan sabuk. "Aku menggunakannya jauh lebih baik dari senjatamu. Ayo!"

David memberengut, "Terserah." Lalu berlari mengikuti Lucas yang memasuki pesawat.

*

Dek pesawat terbuka, terpaan angin kencang tidak membuat keberanian Lucas menciut. Ia menutup kepalanya dengan helm lalu melihat ke arah David yang sudah mengacungkan jempol. Mereka melompat.

Lucas sudah terbiasa terjatuh dari ketinggian ribuan kaki, sungguh bahaya jika pesawat mereka mendarat di suatu tempat.

Beberapa lama terjun bebas, Lucas menyalakan jetpacknya, api-api biru mulai menyambar dan menyala di punggung Lucas, tak lama Davidpun menyalakan miliknya.

"Kau sudah melihat pulaunya?" suara David terdengar melalu headset di telinga Lucas, Lucas menggeleng.

David menunjuk sesuatu di jauh disana. Lucas melihat kepulan awan putih yang menggulung, seperti menjaga sesuatu di dalamnya.

"Kau melihatnya?" seru David.

"Kau yakin kita berada di daerah yang tepat?" Lucas balas bertanya.

David menganggung-ngangguk setuju. Memang wilayah ini sebelumnya belum pernah disisir karena tidak ada pulau di daerahnya, namun setelah badai berminggu-minggu yang melanda daerah ini, badan Geofisika menemukan adanya sebuah pulau dengan tanda-tanda kehulidupan.

"LUCAS!!"

Semua begitu cepat saat David terbang berbalik arah, Lucas menatap ke depan, gumpalan awan badai itu mendekat, seolah kanibal, awan itu ingin menelan mereka.

Lucas kurang cepat hingga jetpacknya rusak dan melemah akibat tenaga elektromagnetik awan yang bermuatan listrik.

David mengejar Lucas, menarik lengan sahabatnya sekuat yang ia mampu. David tahu mungkin mereka tak akan berhasil keluar dengan satu jetpack, tapi ia harus melakukannya, demi teman yang telah lama mengorbankan nyawa untuknya.

"Ini tidak akan berhasil." Suara Lucas kacau.

David menggeleng dari balik helmnya, "Tenanglah, ini saatnya aku menolongmu."

Lucas merasa tubuhnya semakin di tarik ke dalam badai, baju hitamnya robek, rasa dingin mulai menjalar di bahunya.

Lucas tersenyum, "Pulanglah tanpaku teman." Kemudian ia menarik tangannya dari David dan menendangnya menjauh dari badai.

Lucas menghilang.

The CannibalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang