Chapter 9

1.1K 111 11
                                    

"Ke kiri!" perintah Erick pelan namun menggema di sepanjang saluran udara.

Aku merangkak ke kiri dan melihat cahaya yang memantul di penghujung lorong. Aku menarik penutup saluran udara itu lalu melihat kebawah beberapa detik.

"Bagaimana?" Tanya Jo yang berada di paling belakang.

Aku mengangguk pertanda aman, setelah itu aku melompat turun. aku menepuk-nepuk kedua telapak tanganku untuk membersihkan debu di tanganku. Aku menoleh ke belakang saat Jo dan Erick melompat. Aku tersenyum untuk Jo.

Jo berjalan mendekatiku dan memelukku. Kami sampai. Ini yang ada di visiku, perpustakaan kota. dan kuharap semua pejuangan kami tidak sia-sia, aku seakan tidak ingin melepas pelukan Jo kali ini, di pelukannya aku hidup. Aku lupa akan takutku, aku lupa akan mengerikannya kehidupan di luar sana, aku lupa betapa sulitnya bertahan hidup, bahkan aku lupa betapa laparnya aku.

Mata Erick berair, aku tidak tahu mengapa kami semua terharu seperti ini. Untuk Erick, mungkin ia ingin menangis karena melihatku berpelukan sedangkan ia tidak punya teman untuk di peluk.

Aku tersenyum kecil di hadapan Erick, lalu ia mendekat lalu memelukku dan Jo.

Erick melepaskan pelukan hangat itu terlebih dahulu, selanjutnya Jo. Kami bertiga menatap ke ruangan perpustakaan kota yang di masuki sinar matahari secara penuh dari kedua dinding kacanya. Ruangan ini sangat besar, pasti dulunya ruangan ini sangat ramai dengan orang-orang yang membaca buku.

"Ruangan ini tidak pernah di masuki kanibal, tidak ada apa-apa disini, hanya ada buku dan buku, dan yang kuketahui hanya aku satu-satunya kanibal yang suka membaca." Ucap Erick sambil melangkah menuruni tiga anak tangga kayu. Aku berjalan mengikutinya, melewati buku-buku yang masih tersusun rapi di raknya. Sebagian buku itu sudah berdebu, dan tidak sedikit juga yang berjatuhan. Ruangan ini sangat terang dan hidup, pencahayaan yang luar biasa.

"Kesini." Ajak Erick melewati beberapa block buku, aku dan Jo mengikuti.

Jo menarik bahuku pelan, aku menoleh, lalu ia tersenyum polos dan menggandeng tanganku. Entah atas motif apa ia ingin bercanda gurau seperti pasangan kasmaran yang tidak terancam nyawanya oleh kanibal. Tapi, aku senang. Aku senang aku masih bisa merasakan Jo di sisiku.

Erick membuka sebuah ruangan dengan pintu besi yang kalau terkunci kelihatan sangat kokoh, ruangan kecil ini ada di sudut perpustakaan.

"Aku sering kesini, dan aku juga yang membuka pintu besi ini pertama kali dengan berbagai cara." Ucap Erick menerangkan.

Aku dan Jo hanya mengangkat bahu.
Erick menarik sebuah buku tak terlalu tebal dari rak paling atas, lalu membawa buku itu ke kami. "Maafkan aku tidak memberitahu kalian dari awal, tapi syukurlah kita sampai kesini."

Jo meyipitkan matanya berusaha menerka buku yang Erick pegang, "Buku apa itu? Kejutan apa lagi yang ingin kau berikan pada kami."

Erick tersenyum manis yang menampilkan usianya yang sebenarnya, "Ini ... alasan kalian berjuang kesini. Kurasa visimu tidak salah Sophie, ini buku panduan penyelamatan evakuasi bencana."

*

Sekarang kami duduk berdampingan di tangga panjang perpustakaan yang di penuhi sinar matahari hangat. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa mengungkapkan kebahagiaanku saat ini. Jika saja Mom berada disini saat ini juga.

Aku memegang bahu Jo pelan, ia sedikit terkejut karena begitu fokusnya membaca buku panduan yang Erick berikan. Jo menoleh kehadapanku, begitu dekat denganku sampai aku bisa merasakan nafasnya. "Terima kasih untuk selalu ada untukku, tanpamu kita tidak akan bisa sejauh ini."

The CannibalsWhere stories live. Discover now