Chapter 10

1K 92 6
                                    

"Kau menangis?" aku dapat merasakan telapak tangan Jo yang mengelus bahuku.

Aku menegakkan kepalaku yang sedari tadi bersembunyi di lututku, beberapa helai rambutku menutupi wajahku. "Aku tidak menangis, Jo."

Jo mengangguk, lalu menampilkan wajah konyolnya dengan bibir tersenyum lebar. Ia seperti badut dengan ekspresi itu.

"Mungkin kau kelaparan. Tapi setahuku wanita suka menjaga tubuhnya agar tetap ideal dan seksi, jadi biasanya mereka mengurangi makan." Jo kemudian berdiri.

Aku berdiri mengikutinya, "Satu dari dua benar. Aku lapar tapi aku tidak sedang mengurangi makanku."

Jo menarik alisnya, "Kau mengerti apa yang ku pikirkan?"

"Oh jo," aku memukul pundaknya, "Kita sudah bertahun-tahun melakukan ini."

"Mencari makanan." Kami berdua nyaris bersamaan menyebutkannya. Lalu tertawa lebar.

Sejak aku dan Jo mulai beranjak remaja, Mom mengizinkan kami untuk pergi keluar rumah, dan yang kami lakukan adalah mencari makanan. Mencari makanan mana yang belum kadaluarsa, atau mungkin sedikit ke pinggiran kota melihat apakah ada sayur yang tumbuh sembarangan. Pencarian makanan ini adalah petualangan bagi kami. Meskipun kami sering membuat khawatir Mom karena pulang terlalu larut.

Banyak hal yang dapat kami lakukan saat mencari makanan. Bersembunyi dengan kanibal, atau sekedar memantau kanibal dari kejauhan dan berlari pulang. Atau bermain di playground gedung yang dulunya taman kanak-kanak. Kami juga pernah berenang, atau lomba lari, atau ke perpustakaan sekolah. Kami berdua berusaha tidak membuat masa muda kami sia-sia. Dan yang lebih menyenangkan adalah tempat tinggal kami dulunya bukan markas kanibal, atau bisa di katakan hanya beberapa kanibal yang sekedar lewat.

"Sophie!" panggil Jo yang membuat aku berbalik dan senyum sumringah.

"Kau menemukan makanan?" ucapku cepat dan menghampirinya.

Jo menggeleng, aku melihat ekspresi yang berbeda di wajah Jo, bukan ekspresi saat ia menemukan makanan. Jalanku melambat.

"Apa yang kau temukan penting?"

"Tentu saja, lebih penting dari makanan."

"Ada yang lebih penting dari makanan saat ini?" keningku berkerut, aku tidak salah, kan?

Jo mengusap debu-debu yang menempel di lukisan yang bisa kupastikan lebih tinggi dariku itu, aku tahu itu lukisan yang Erick katakan. Geser lukisannya dan kalian akan menuju stasiun kereta.

"Apa yang kau temukan?" Jo belum menjelaskan sejak pertama kali aku bertanya, dan aku bertanya lebih spesifik.

"Keluarga Madison." Ucap Jo pelan tanpa menolehku.

Aku menempelkan tubuhku di samping Jo agar dapat melihat lebih jelas apa yang ada di balk debu yang Jo bersihkan. Dan debu itu terhapuskan, sebuah nama jelas terpampang di bagian kanan lukisan itu. Josh Madison.

*

Jo mengeratkan rangkulannya, aku menatapnya beberapa detik, lalu aku menghela nafas. "Aku terlalu sibuk memikirkanmu dan Mom sampai aku lupa punya seorang ayah."

Jo menarik beberapa helai rambutku yang sudah berantakan, "Kau tidak salah. Kau benar mengingat wajahnya?"

"Aku ingat Jo, ia menyuruhku menemui Mom di hari itu, aku juga mengingat namanya. Tapi aku tidak tahu kalau ia seorang walikota Glandor."

Jo mengangguk mengerti, "Presiden mungkin?"

Sophie mengurut pelipisnya, "Entahlah. Menurutmu, dia masih hidup?"

The CannibalsWhere stories live. Discover now