Chapter 1

2.8K 192 2
                                    

"Ssst..." Joshua menahan tubuh Sophie agar tidak melangkah lebih jauh.

Mata Sophie melebar dan menatap liar ke sekelilingnya. Ia menangkap sesosok bayangan dari persimpangan beberapa ratus meter dari mereka berdiri. Jantung Sophie berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Sebenarnya ia ingin menutup matanya dan membiarkan ini semua berakhir, berakhir dengan cepat. Namun sebagian diri Sophie menentangnya, sebagian dirinya menuntutnya untuk tetap hidup. Ia tidak boleh berakhir tragis. Seperti namanya, Sophie, yang dalam bahasa jerman kuno berati bijaksana dan pintar. Sophie harus membuktikan itu.

Joshua menarik Sophie bersembunyi di balik sebuah mobil rongsokan yang berdebu di depan toko yang dulunya mungkin toko bunga, melihat dari banyaknya bunga-bunga plastik usang yang masih tergantung.

Sophie dapat mendengar nafas Joshua yang terengah, ia masih waspada, mengintip ke arah persimpangan tadi.

Sophie menggigit bibir bawahnya, ia menatap Jo yang tegang, pria itu telah berjanji pada mom akan terus melindungi dan membuat Sophie tetap hidup.

Joshua menghela nafas panjang, lalu ia menoleh ke Sophie, goresan luka di wajahnya belum sembuh. "Mereka sudah pergi, hanya lewat, mungkin mengecek yang tersisa."

Sophie memejamkan matanya sejenak, "Semoga mom tidak dalam kesulitan." ucap Sophie setengah berbisik.

Joshua menarik tangan Sophie untuk bangkit dengan sebelah tangannya yang tidak memegang pedangnya. "Ia wanita yang paling tangguh yang pernah aku temui." Ucap jo percaya diri. Lalu kami terus berlari.

*

Sophie mendobrak pintu tanpa engsel rumahnya. Rumah yang lebih tepatnya bangunan rongsokan berdebu. Pintu itu hanya berdiri tanpa pegangan, jadi dengan hentakan kaki Sophie berhasil menjatuhkannya.

"Mom?" panggil Sophie dengan nada khawatir.

Jo masih berdiri di depan pintu, sesekali melihat ke arah penghujung jalan yang dihiasi lampu jalan miring yang mati setiap sepuluh detik sekali, bahkan pernah tujuh detik. Jo telah berpengalaman menghitungnya.

"Mom?"

Sebuah peti di bawah tangga berdecit terbuka, seorang wanita paruh baya dengan kerutan di wajahnya melihat ke arah Sophie, lalu ia tersenyum. "Kau sudah pulang." Sambut Hanna Madison.

Sophie menghela nafas dan berjalan mendekati ibunya, "Apa mereka masuk ke rumah?"

Hanna berdiri dan membersihkan sisa debu di pakaian coklatnya. Ia mengangkat bahu, "Aku tidak melihatnya, tapi sepertinya mereka berhenti sejenak dan berbicara sesuatu."

Jo yang sudah menganggap suasana aman mendekati Hanna dan Sophie. "Kau tidak apa-apa Ny. Madison?"

Hanna tersenyum, "Tidak perlu menghawatirkanku pemuda, terima kasih sudah menjaga Sophie."

Joshua Copper tersenyum, wanita ini sudah memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Sejak kejadian itu. Hanna lah yang melarikan mereka dan adik Jo tempat yang aman. Saat itu mereka masih anak-anak.

Sophie berjalan ke kursi sofa yang seharusnya berwarna abu-abu muda dan merebahkan badannya di sana. Hanya sebilah kursi itulah yang kelihatan masih layak di rumah mereka.

"Mom, lihat apa yang kami dapatkan dari gudang penyimpanan, dua kaleng makanan siap saji. Oh, apalagi belum kadaluarsa." Sophie tersenyun bangga menyodorkan sekaleng daging sapi penyok kepada ibunya, itu menbuat hati Joshua nyeri.

"Mom, makanlah." Ucap Joshua yang masih menyenderkan tubuhnya di dinding samping jendela.

Mata Hannah berkaca-kaca, lalu ia mendekati Sophie. "Kau tidak makan pemuda?" tanyanya sambil duduk di samping Sophie.

Jo tersenyum tipis, "Aku tidak lapar, kau tahu, pemuda suka mempertahankan postur tubuhnya."

Sophie tahu Jo berbohong, pagi tadi mereka menghabiskan seluruh sisa makanan yang ada di gudang bawah tanah. Dan jo hanya makan sangat sedikit, ia lapar, sangat sangat lapar, tapi ia juga tahu mom kelaparan.

Hanna dan Sophie membuka makanan kaleng mereka, Sophie melihat ibunya makan dengan lahap, Sophie merasa pencarian makanan mereka tidak sia-sia.

"Dulu sewaktu aku seusia kalian, aku selalu ingin menghadapi bahaya, memegang senjata melawan musuh, tidak takut kelaparan..." Hanna menghentikan ucapannya dan meremas tangan Sophie dengan sebelah tangannya yang tidak memegang sendok, "Namun setelah aku punya seorang putri, punya seorang suami, aku sadar aku tidak hanya mempertanggung jawabkan diriku saja, aku juga harus melindungi orang yang kusayangi."

Sophie menatap ibunya, "Tenanglah Mom, semua akan berakhir secepatnya. Aku akan merubah dunia."

Jo menundukkan kepalanya, ia bukan orang yang dulunya benar-benar tangguh dan menyukai tantangan seperti Ny. Madison. Dia orang yang hati-hati, penyanyang, sampai orang terakhir yang sayangi di renggut dengan mudah oleh entah siapa dan dari golongan mana.

Sampai sekarang Jo masih berharap adik laki-lakinya masih ada, menunggunya. Harapan itu membuat seorang Joshua Cooper semakin kuat dan berani.

Sophie meletakkan kaleng makanannya, lalu menegak setengah botol air bersih. "Mom, tahu mereka dari golongan mana? Apa mereka mambawa panah? Atau senjata api?"

Hannah Madison menggeleng, "Aku tidak melihat mereka, tapi dari gerak geriknya, mereka Kanibal Murni."

Sophie menutup mulutnya untuk tidak berteriak.[]

-----------------------
Happy weekend guys!
Yeay chapter 1 akhirnya di update juga, seperti keinginan gue semoga tiap chapter di update per minggu :)
Ramein vote dan comment kalian guys,
Dadaaah

The CannibalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang