chapter 4

1.4K 146 3
                                    

Sophie membuka matanya dan melihat benda-benda yang buram di pandangannya. Ia menutup matanya lagi. Ia membuka matanya lebih perlahan kali ini. Lalu melihat semua dengan jelas.

Sebuah tempat tidur beranjang besar dan selimut merah terpapar rapi dengan beberapa boneka dan mobil-mobilan yang berserakan di atasnya.

Sophie menggeleng, lalu menoleh ke belakang karena suara tangisan anak kecil.

"Hei Jo! Kembalikan barbieku, dia bukan salah satu musuh power ranger." Gadis kecil dengan rambut sebahu itu berteriak sambil menangis.

Lelaki kecil yang sedang memegang mainan barbie sang gadis kecil pun berlari sampai tertawa. Sampai seorang lelaki berukuran sama dengannya menariknya.

"Kak, kembalikan." Ucap pria itu sambil tersenyum kecil."

Jo menggeleng, "Ayolah adik kecil, sebentar lagi ia akan berteriak 'Mom!' lalu merengek, aku sangat menantikan itu."

Anak kecil yang merupakan adik Jo itu menarik barbie tadi dari tangan Jo, "Bagaimana kalau kita bermain lego, hal itu jauh lebih mengasikkan dari pada merebut barbie gadis kecil."

Jo mengangkat bahunya. "Baiklah adik kecil." Ucap Jo sambil mengacak-acak rambut hitam adiknya.

*

"Sophie, ayo kita tidak punya banyak waktu."

Sophie menoleh, "Jo?"

Joshua Copper menarik jari-jari Sophie lalu menutkannya, "Jangan banyak berpikir."

Sophie menggeleng lalu melihat tubuh ramping Jo di hadapannya. Ia memperlambat jalannya dan tersadar Jo menggenggamnya, Sophie menghela nafas.

"Mom..." panggil Sophie pelan dan tegas. Hanna Medison yang berjalan paling depan menoleh ke putrinya.

"Mom berkata terakhir kali ke tempat ini belasan tahun yang lalu, benar bukan?"

Hannah mengangguk, "Aku tahu kau teringat sesuatu."

Sophie mengangguk, "kau membesarkan kami di tempat ini, benar bukan? Kenapa kita tidak tinggal disini saja selamanya? Setidaknya tidak ada kanibal yang tahu tempat ini mom."

Hanna mengurut pelipisnya, "Aku berusaha, semua kulakukan demi kalian bertiga. Kau tahu bagaimana kehilangannya aku saat salah satu dari kalian direnggut begitu saja dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mom hanya ingin yang terbaik untuk kalian." Hanna menjelaskan.

Jo meremas tangan Sophie, "Kita tidak bisa terus bersembunyi, kita harus bergerak. Lagi pula persediaan makanan kita tidak akan cukup jika bersembunyi terus menerus. Ayolah Sophie, kita tidak bisa membicarakan hal ini disaat para kanibal gila mencoba memburu kita."

Sophie mengangguk, lalu dengan cepat memeluk Jo dan ibunya bersamaan, "Aku mengerti, maafkan aku mom, Jo, aku hanya terlalu takut. "

Hanna Medison tersenyum.

Pelukan itu tidak berlangsung lama hingga terdengar bunyi dentuman dari arah pintu masuk. "Sepertinya mereka akan melakukan segala cara untuk daging segar." Ucap Jo sambil melirik ke arah pintu.

Ny. Medison menunjuk tempat tidur bundar yang sudah berdebu di tengah ruangan. Tempat tidur yang menjadi saksi bisu persembunyian Sophie dan lainnya sewaktu anak-anak. "Di bawah tempat tidur itu ada lorong menunuju kota, Jo bantu aku memindahkannya."

Jo mengangguk, lalu bergegas ke sudut-sudut tempat tidur. Begitu pula dengan Sophie yang membantu ibunya mendorong tempat tidur bundar.

Bunyi kayu tua yang bergesekan dengan lantai kayu menciptakan decitan dan membuat suara gaduh dari balik pintu besi. Sepertinya para kanibal tidak sabar dengan santapan malam mereka.

Setelah tempat tidur bergeser cukup jauh dan menampakkan sebuah pintu besi bundar yang ditutupi oleh debu, Jo berhenti mendorong dan mengisyaratkan Sophie dan mom untuk berhenti.

Jo menarik engsel besi pintu itu dan membuat debu berhamburan dan menampilkan tangga besi yang mengarah sekitar tiga meter ke bawah. Jo turun terlebih dahulu diikuti dengan Sophie dan Ny. Madison.

Sophie hanya melihat kegelapan tak berujung. Matanya belum mampu menyesuaikan kondisi lorong yang gelap dan lembab hingga terdengar bunyi 'klik' dan lampu-lampu lorong berwarna orange menyala menunjukkan jalan keluar.

"Sudah kuduga pasti ada semacam panduan evakuasi." Ucap Jo setelah menarik saklar dan sedang menepuk kedua telapak tangannya.

Sophie tersenyum. Apa yang ia lihat seperti memberikan harapan hidup padanya, setiap kali Joshua Cooper merasa percaya diri dan tersenyum, Sophie merasa tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan. Namun setiap kali Jo merasa cemas dan putus asa saat itu pula Sophie merasa semua akan berakhir.

"Kita harus berlari sampai ujung lorong, secepat yang kita bisa. Semoga para kannibal tidak ada di pintu keluar lorong ini." Ucap mom.

Sophie mengangguk atas instruksi ibunya, lalu Jo mulai berlari, Sophie mengikutinya.

Sophie terus menggerakkan kakinya secepat yang ia bisa. Suasana dingin lorong dan hentakan kaki tanpa kata membuat Sophie harus menghela nafas berkali-kali. Ia bahkan mampu mendengar suara nafas Jo yang terengah. Mampu meraskan hentakan kaki ibunya yang berlari di belakangnya.

Sophie menghentikan langkahnya dan menarik pergelangan tangan Jo kuat sehingga mereka berhenti berlari, begitu juga Hanna Medison.

"Beberapa sentimeter lagi kau akan menabrak dinding." Ucap gadis itu menatap Jo.

Jo melihat dinding di hadapannya tanpa sadar dan mengangguk polos, "Mom, sekarang bagaimana?"

Hannah berjalan melalui mereka berdua, lalu meraba dinding di hadapan mereka, "Ini akhir dari lorong." Ucap Hanna lalu menekan salah satu batu yang menonjol sehingga dinding beton terbelah dua dan memperlihatkan tangga besi melingkar dan sebuah pintu besi bulat di atasnya.

"Aku akan keluar pertama." Sophie berjalan melalui Hanna dan Joshua, ia menarik pistol dari saku jeansnya dan memegangnya erat.

"Sophie tidak," Jo menarik pergelangan tangan Sophie. Sophie menoleh sejenak, lalu tersenyum parau. Senyuman itu membuat Jo melepaskan pegangannya.

"Aku tahu dia gadis yang kuat dan teliti Jo." Ucap Hanna memegang bahu Jo.

Jo tersenyum pada Hanna, "Aku juga tahu, ayo kita akhiri semua ini, mom"

*

Jo menahan tubuh Sophie agar tetap sejajar dengannya. Lalu pria itu mengintip melalui celah dinding yang berlubang, "Mereka tidak terlalu banyak."

"Mereka pasti sudah berhasil membuka pintu lorong, dan akan segera menyusuri lorong ini, kita harus menjauh secepatnya." Mom mengingatkan.

Jo mengangguk pada Mom, lalu memandu keluar dari sebuah gedung yang tidak mereka ketahui gedung apa, sepertinya dahulu dipakai untuk gedung teater atau ruang pertemuan.

Mereka keluar dan menepi di sudut gedung, Jo mendengar hentakan kaki cukup banyak. Jo mengeluarkan benda seperti kaca cembung dan melihat keadaan jalan di samping gedung, benar terdapat sedikitnya tiga kanibal yang sedang berpatroli.

Jo menoleh ke kanan, melihat Sophie yang sedang menarik nafas panjang dan memegang pistolnya sampai buku-buku tangannya memutih membuat hati Jo remuk. Perlukah seseorang yang ia cintai di renggut lagi dari dirinya?

Lalu Jo kembali menatap ke kaca yang ia pegang, namun kaca tidak memperlihatkan kondisi jalanan, melainkan menampilkan wajah.

"JO TIDAK!"

Lalu terdengar suara letusan senjata api, dalam beberapa detik keadaan menjadi gaduh.[]

-----------
Well, maaf banget baru update ceritanya, soalnya uts membuat gue rada sibuk wkwk, i hope bab kali ini makin greget dan makin keren, jangan lupa tinggalin jejak yaa, happy reading gaes :)

The CannibalsWhere stories live. Discover now