Chapter 2

11.5K 1.1K 56
                                    

.

.

.

Takdir itu, hanya lelucon.

-x-


Jaeyeon membuka matanya yang berat. Putih. Sekujur tubuhnya sakit dan kepalanya berdenyut-denyut hebat. Ia pasti sudah terlalu banyak minum. Setelah Mina pulang, ia masih tinggal di rumah makan itu dan minum dua botol soju lagi seorang diri. Sekarang yang tersisa untuknya hanya hangover dan penyesalan karena telah membuang-buang uang yang berharga di saat seperti ini.

Cahaya dari kaca jendela besar menyirami selimut tebal yang menyelimutinya. Matahari sepertinya sudah tinggi. Jaeyeon tersentak. Ia akan terlambat!

Begitu beringsut menurunkan kakinya dari ranjang yang empuk, Jaeyeon baru sadar ia tidak berada di kamar sewaannya yang sempit dan berantakan. Kamar persegi ini luas, bersih, dan asing.

Hotel, pikir Jaeyeon otomatis. Tapi bagaimana bisa ia berada di sini? Ia menunduk, lantas terkesiap mendapati hanya kaus dalam yang dipakainya, kemejanya entah ada di mana. Astaga, apa yang sudah terjadi?

Alarm ponselnya tiba-tiba berdering. Ia menoleh-noleh mencari benda itu dan menemukannya di atas nakas. Di layarnya yang menunjukkan pukul sebelas tertempel sebuah memo dengan sebaris pesan; Jangan minum-minum lagi, mengerikan. N.B: Dompetku sudah kuambil dari tasmu. Terima kasih.

Mata Jaeyeon membulat. Dompet... dompet.... Mendadak kelebatan-kelebatan ingatan lain membanjiri kepalanya seperti potongan-potongan film singkat. Trotoar yang bergelombang, seorang laki-laki muncul entah dari mana, Jaeyeon memeluknya, memanggil-manggilnya 'Malaikat', merocos tidak jelas, tertawa dan berteriak-teriak, lalu entah apalagi. Dan pesan ini... ditulis laki-laki itu. Si pemilik dompet.

Oh, tidak.

Tidak.

"AAAAAH!" Jaeyeon menjambak-jambak rambutnya, memukul-mukul wajahnya dengan bantal, bergulingan di tempat tidur dan menendang ke segala arah seperti orang gila, tapi rasa malunya tidak kunjung luntur.

***

Alarmnya seharusnya sudah berbunyi sekarang. Jongin menyeringai kecil. Ia nyaris bisa membayangkan gadis itu bangun, pusing dan kebingungan. Apakah gadis itu ingat hal-hal memalukan apa saja yang ia lakukan semalam? Kalau Jongin jelas tidak akan lupa. Malam itu salah satu malam terlucu dalam hidupnya.

Ponsel Jongin berdering tepat ketika ia memarkir mobil di halaman rumahnya. Ia melihat nama Chanyeol muncul di layar, kemudian turun dari mobil seraya menjawab teleponnya dengan berkata langsung, "Maaf, aku tidak jadi datang semalam. Sesuatu terjadi di jalan."

"Apa? Ada chihuahua tersesat yang mencegatmu?"

"Lebih seperti pudel besar yang mabuk dan membuat banyak masalah," jawab Jongin, melangkah masuk ke dalam rumah sambil membayangkan lagi tingkah Han Jaeyeon semalam. Jongin menemukan dompetnya di dalam tas gadis itu dan macam-macam lagi, seperti nama dan bahkan nomor ponselnya. "Tapi sudah kuurus dengan baik."

"Man." Chanyeol tertawa. "Kuharap kau tidak berencana memberikan Jongin Muda pada keluargamu sebagai grand finale. Ayahmu bisa kena serangan jantung."

Jongin balas tertawa hambar. "Tenang saja, aku tidak melakukan apa-apa."

Tawa lagi dan tambahan dengan nada skeptis, "Kalaupun iya, nanti juga muncul di koran."

Kadang-kadang Jongin tidak mengerti kenapa ia berteman dengan orang-orang menyebalkan seperti ini. "Aku mau tidur. Sudah, ya."

Sebelum Chanyeol menyahut, Jongin memutus sambungan dan berbelok menaiki tangga. Tapi langkahnya terhenti di anak tangga ketiga ketika ia mendengar suara Ahyoung, kakak perempuannya, baru keluar dari ruang makan.

Loveless CovenantWhere stories live. Discover now