Chapter 3

9.7K 1K 48
                                    

.

.

.

Kau dan aku, kesalahan besar.

-x-


Hari ini Jaeyeon baru benar-benar menyadari betapa sederhana hidupnya jika dibandingkan dengan orang-orang lain di Seoul ini—atau setidaknya dibandingkan dengan Kim Jongin.

Di balik pagar tinggi, rumah megah bertingkat dengan pilar kembar itu tegak menjulang di hadapan Jaeyeon, mewah dan bercahaya. Rumah itu luasnya pasti dua puluh kali rumahnya yang lama. Jaeyeon mungkin bisa naik sepeda mengelilingi tanahnya. Mobil-mobil impor berbaris di jalan masuknya, rumput di halamannya dipotong rapi, ada kursi taman dan jalan setapak dari batu-batu bulat. Jaeyeon tahu KJ Group memang sukses, Jongin kaya dan sebagainya—tapi ia tidak menduga rumahnya saja sampai berlebihan seperti ini.

Seolah ada kamera di satu sudut yang menyadari kedatangan mereka, pintu ganda terbuka tepat waktu dan ada empat orang perempuan berseragam hitam-putih pelayan membungkuk memberi salam.

Jaeyeon menggenggam erat tali tas barunya diam-diam. Kakinya mendadak sekeras batu di depan pintu itu. Seharusnya tadi ia membeli kemeja dan celana panjang, dengan begitu ia bisa menyembunyikan lututnya yang bergetar. Satu-satunya hal yang bisa dipikirkannya adalah, Ini tempat apa? Apa yang ia lakukan di sini?

Lalu Jaeyeon ingat, tujuh puluh juta won. Dan itu menguatkan tekadnya untuk melangkah masuk ke dalam mengikuti Jongin.

"Ingat semua yang tadi kukatakan?" Jongin berbisik begitu pelan sehingga hanya Jaeyeon yang bisa mendengarnya.

Jaeyeon mengangguk-angguk seperti mainan dasbor mobil. Ia ingat. Kira-kira.

"Kalau begitu kau bisa mengatasinya," gumam Jongin. "Angkat kepalamu. Ingat; kau, Han Jaeyeon, adalah kekasihku."

Mungkin seharusnya Jongin tidak mengatakan itu, karena kata-katanya mengirimkan sensasi elektrik ke tengkuk dan punggung Jaeyeon. Hampir sama seperti ketika laki-laki itu berlutut di hadapannya dan memakaikan sepatu yang dipakai Jaeyeon melangkah saat ini.

Jongin meletakkan tangannya di lekukan pinggang Jaeyeon, dan sensasi itu meningkat drastis di bawah tangannya. Jaeyeon menahan napas nyaris seketika dan mencengkeram tali tasnya lebih kuat. Mereka melangkah ke dalam ruang pesta (atau Jaeyeon pikir begitu, meski ruangan persegi dengan lampu gantung, meja makan panjang, guci-guci antik dan tanaman hias dalam rumah di sudut-sudutnya ini mungkin hanya ruang makan biasa) di mana seluruh anggota keluarga Kim telah berkumpul.

"Maaf, aku terlambat."

Tujuh orang yang mengelilingi meja makan itu mengangkat wajah nyaris serentak, menghujani Jongin dan Jaeyeon dengan berbagai macam tatapan—tajam, sinis, mengintimidasi, katakan saja.

Suara Jongin menggema di langit-langit ketika ia mengumumkan, "Ini Han Jaeyeon, kekasihku."

Jaeyeon membungkukkan punggungnya otomatis begitu mendengar namanya.

Pria tegap dengan rambut yang mulai memutih yang duduk di kepala meja. Garis wajahnya meneriakkan aura pemimpin—tegas dan berwibawa. Sisa-sisa pesona masa mudanya masih tampak jelas, dan pesona itu jelas telah diwariskan pada Jongin.

Jaeyeon memutar ulang penjelasan Jongin dalam kepalanya, "Kim Seokjin, direktur utama dan pendiri KJ Group, atau ayahku, terserah mau anggap apa. Dia tidak peduli."

Pria itu tidak tampak senang sedikit pun. Seorang wanita bahkan terang-terangan terperanjat, seakan baru pertama kali melihat makhluk semacam Jaeyeon.

Loveless CovenantWhere stories live. Discover now