Chapter 7

8.3K 956 76
                                    

.

.

.

Mendadak dia ada di mana-mana, dan ia tidak menyukainya.

-x-


Ketika kembali ke Seoul, ternyata ada dua kejutan yang menunggu Han Jaeyeon.

Pertama, apartemennya—maksudnya, apartemen Jongin—tidak kosong lagi. Sekarang mereka punya karpet motif kotak-kotak hitam-putih, televisi, home theater, rak buku (yang sudah setengah terisi dengan buku-buku), dan tiga pot tanaman mungil di jendela di ruang tengah, serta meja makan dan peralatan dapur yang lebih lengkap.

"Wah." Jaeyeon terkesima. Bahkan, ada dua sandal rumah di depan pintu. Jaeyeon melepas sepatunya dan memakai sandal merah muda pucat dengan riang. "Kau menyuruh orang mengisi apartemen ini selama kita pergi?"

"Tidak juga." Jongin menggaruk tengkuk. Ia melepaskan sepatu dan masuk bertelanjang kaki, tidak menghiraukan sandal biru muda itu. "Aku meminta bantuan pengacaraku, dan pengacaraku yang mengurusnya."

Jaeyeon tidak menggubrisnya. Ia memandang sekitarnya sambil bersedekap dengan takjub. "Apartemen ini terasa seperti rumah sekarang." Ia melihat-lihat rak buku, meraih sebuah novel dengan mata berkilat-kilat. "Hei, ini pengarang favoritku!"

Jongin menggeleng-geleng diam. Catatan untuk diri sendiri; Han Jaeyeon mudah terpesona dengan hal-hal kecil—cincin, buku, dan sebagainya.

"Seandainya kita punya binatang peliharaan, apartemen ini akan lebih ramai," kata Jaeyeon, kemudian tertawa pelan. "Mungkin kucing atau anjing, bagaimana menurutmu?"

"Terserahlah." Jongin meninggalkan gadis itu berimajinasi dan berjalan ke kamarnya. Ia secara khusus meminta kamarnya tidak diusik, dan ia lega melihat tidak sedikit pun ada perubahan. Tempat tidurnya bahkan masih sama berantakannya seperti saat ditinggal.

Jaeyeon benar. Tempat ini mulai terasa seperti rumah. Senang rasanya kembali pulang. Jongin melempar jaketnya sembarangan dan melepaskan kaus, ingin bergelung di dalam selimut dan tidur.

Tahu-tahu pintu kamarnya dibentang terbuka. "Kim Jong—astaga!"

Jongin menoleh tepat waktu untuk melihat Jaeyeon yang panik menjepit tangannya sendiri—"Ma-maaf. AW! Aku baik-baik saja!"—karena menutup pintu terlalu cepat.

Jongin berbalik, membuka pintunya sedikit dan melongokkan kepala. "Ada apa?" ia bertanya pada punggung Jaeyeon—karena gadis itu membelakanginya.

"A-aku sudah lupa apa yang ingin kukatakan," Jaeyeon berkata dengan suara melengking aneh. "Se-selamat malam." Lalu ia berlari terbirit-birit ke kamarnya dan membanting pintu.

***

Kejutan keduanya adalah, ketika Jaeyeon kembali ke restoran besok paginya, ada seorang asisten dapur baru untuk menggantikannya.

"Aku minta maaf, Han Jaeyeon-ssi," manajer berkata padanya di kantornya. "Sejak pernikahanmu muncul di berita, hubunganmu dengan karyawan-karyawan lain tidak begitu baik, dan absensimu benar-benar buruk. Aku sudah tidak bisa membantumu lagi. Terima kasih karena kau sudah bekerja dengan sangat baik selama ini. Gajimu bulan ini akan dikirimkan ke rekeningmu."

Dengan kata lain, Jaeyeon dipecat. Selesai. Habis. Ia tidak perlu kembali lagi ke sana.

Jaeyeon berjalan gontai ke ruang ganti untuk mengambil barang-barangnya, menjejalkannya ke dalam tas dengan mata panas, lalu segera meninggalkan ruangan itu.

Perlu usaha untuk berjalan tegap, tersenyum, dan mengucapkan salam pada mantan teman-teman sekerjanya tanpa menangis. Jaeyeon menemukan teman baik, cinta, dan kenangan di tempat ini selama setahun terakhir. Sekarang ia harus meninggalkan semuanya di belakang.

Loveless CovenantWhere stories live. Discover now