Chapter 9

8.2K 929 62
                                    

.

.

.

Ia tahu, rasanya dihantam dan pecah berkeping-keping.

-x-

Ketika gadis itu menyeret kakinya yang agak pincang melewati ambang pintu apartemen dan langsung mendekap Jongin tanpa basa-basi, jantung Jaeyeon jatuh ke lantai dengan bunyi prang keras yang hanya ia sendiri yang mendengar.

Gadis itu berjinjit dengan bertumpu pada kaki kiri untuk melingkarkan tangan di leher Jongin. Dadanya yang busung menekan dada Jongin. Bibirnya menempel di bahu Jongin. Aroma parfumnya menyebar di udara yang dihirup Jongin. Dan Jaeyeon merasakan dorongan liar untuk menarik gadis itu dari Jongin dan mengusirnya keluar. Tapi ia terlalu tercengang dan hanya bisa membatu.

Jongin juga tidak bergerak. Dalam pelukan gadis itu, ia menjelma patung hidup. Bernapas, tapi tampak mati.

Gadis itu akhirnya melepaskan diri, tapi tangannya masih berada di leher Jongin. Oh, demi Tuhan, beraninya perempuan itu menatap Jongin dan tersenyum seperti itu?

Butuh beberapa detik sampai Jongin menemukan suaranya, dan ketika membuka mulut, yang keluar hanya bisik lirih, "Shin Hyosung."

Cara Jongin menyebut namanya memberi kesan bahwa dua orang itu saling mengenal—lebih dari itu, akrab, dan Jaeyeon tidak menyukai ide itu.

"Benar, ini aku," senyum di wajah cantik gadis itu mengembang. "Kenapa kau diam saja? Kau tidak merindukanku?"

Jongin sepertinya tidak mendengarkan. "Apa yang kaulakukan di sini?"

Shin Hyosung tidak menghiraukan pertanyaan Jongin yang terdengar lebih seperti memelas daripada menuduh. Ia mundur selangkah dari Jongin dan mengalihkan tatapannya pada Jaeyeon seakan baru menyadari ada entitas lain dalam ruangan itu. "Jadi, inikah dia?" Ia menilai Jaeyeon dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan janggal, lalu kembali berpaling pada Jongin. "Perempuan yang dibicarakan denganmu di berita? Aku tidak percaya kau benar-benar... tinggal bersamanya. Apa kau sudah gila?"

Jaeyeon tahu Hyosung sengaja tidak mengatakan menikah, dan itu membuat bibirnya gatal ingin memaki. "Siapa kau?" tanyanya.

Hyosung memicingkan mata pada Jaeyeon, lalu berjalan ke hadapannya dan berdiri bersedekap. "Han Jaeyeon, benar?" Tanpa menunggu jawaban, ia melanjutkan, "Aku tidak suka basa-basi, jadi kita langsung saja. Kau tidak bisa menikah dengan Jongin. Bahkan bermimpi pun tidak mungkin."

Shin Hyosung mungkin punya kecantikan yang menonjol, tapi Jaeyeon tidak terintimidasi. Ia hanya benci. "Kurasa kau bukan orang yang tepat untuk memberitahuku apa yang harus kulakukan dan tidak kulakukan."

Hyosung memutar bola matanya dan mendengus. "Kau pikir aku bicara tentangmu?" balasnya. "Aku bicara tentang Jongin-ku. Tapi tentu saja kau tidak akan mengerti. Kau tidak mengenalnya. Kau bahkan tidak tahu apa-apa."

"Hyosung-ah." Jongin melangkah maju dan meraih siku Hyosung. "Kita bicara di tempat lain saja."

"Aku tahu," sambar Jaeyeon cepat. Jongin berhenti dan mengangkat wajah dari Hyosung padanya. "Jongin... takut pada cinta."

Jaeyeon tahu pernyataannya konyol, dan Hyosung bahkan tidak menahan tawa sinisnya tetap di tenggorokan. Ia tertawa keras dengan wajah menengadah. "Astaga," katanya, menggeleng-geleng. "Seandainya saja masalahnya sesederhana itu. Sayangnya tidak. Jongin tidak bisa mencintai dan dicintai orang lain. Kau ingin tahu kenapa?"

"Hentikan," Jongin menyela. Nada bicaranya dingin dan tajam, dan seruan Jaeyeon mati di ujung lidah. "Ikut aku," ia berkata rendah pada Hyosung dan menarik—hampir memaksa—gadis itu meninggalkan apartemen.

Loveless CovenantWhere stories live. Discover now