Chapter 8

8.3K 853 64
                                    

.

.

.

Kenapa sekarang harus berbeda?

-x-


Jongin tidak bisa tidur sampai hampir jam setengah enam pagi karena gelisah dan lapar. Ia hanya tidur sekitar tiga jam dan terbangun. Tadinya ia berusaha tidur lagi, tapi tidak bisa. Akhirnya ia bangun dan keluar dari kamarnya. Apartemennya sepi. Jongin mengecek dapur, melihat apakah Jaeyeon meninggalkan memo di pintu kulkas sebelum pergi seperti biasa. Ternyata tidak.

Gadis itu pasti masih marah.

Jongin juga masih kesal, tapi setelah tidur singkat, pikirannya bisa bekerja lebih rasional. Ia sadar tingkahnya berlebihan semalam. Seharusnya ia tidak perlu sekesal itu. Ia sudah cukup mengenal Han Jaeyeon untuk mengetahui gadis itu bisa dipercaya. Dan kalau Jaeyeon merasa Do Kyungsoo bisa dipercaya, yah...

Memikirkannya membuat Jongin kesal lagi. "Masa bodohlah," gerutunya. Ia kembali ke kamarnya, berniat kembali tidur, tapi matanya tidak sengaja tertumbuk pada tanggal yang ditampilkan oleh jam digital di atas nakasnya. 13 September.

Pikiran itu muncul begitu saja; hari ini ulangtahun Han Jaeyeon.

***

Jaeyeon menempelkan dahi di pintu lokernya dan menghela napas. Perasaan berat apa ini yang mengganjal dadanya, membuat segala yang dikerjakannya terasa salah? Semua ini gara-gara Kim Jongin brengsek! Bagaimana bisa laki-laki itu bisa membuat satu hari buruk hanya dengan satu kalimat?

"Apa?"

Jaeyeon melonjak kaget ketika mendengar suara Mina. Ia terlarut dalam pemikirannya sendiri sampai tidak mendengar Mina masuk ke ruang ganti. "Apa?" ia membeo Mina.

"Kalimat apa yang membuat harimu buruk?"

"Bukan apa-apa," jawab Jaeyeon kaku. Syukurlah Mina tidak mendengarnya mengumpat Kim Jongin, atau bisa-bisa ia dianalisis semalaman oleh sahabatnya itu.

"Yah, terserahlah." Mina mengambil tasnya di dalam loker. "Kau tidak mau pulang?"

"Sebentar lagi. Duluan saja."

Mina berdecak-decak. "Suasana hatimu memang mudah berubah seperti angin. Sampai besok, Nyonya Han." Ia menepuk bahu Jaeyeon sambil menyengir, lalu melenggang keluar.

Jaeyeon menelan ludah, kembali menempelkan dahinya ke pintu loker. Kim Jongin memang menyebalkan, tapi ia ada benarnya. Mungkin Jaeyeon harus lebih hati-hati. Setiap kali melihat Kyungsoo, Jaeyeon selalu menyesali perjanjian mereka dan tergoda untuk mengatakan yang sebenarnya. Tapi bagaimana jika Kyungsoo tahu pernikahannya palsu? Reaksi macam apa yang akan Jaeyeon terima? Apakah Kyungsoo akan jijik padanya?

Jaeyeon menghela napas. Ia marah pada Jongin, tapi ia tidak suka bertengkar. Salah satu dari mereka harus bersikap dewasa, dan karena Jongin tidak mungkin melakukannya, maka harus Jaeyeon. Ia memutuskan akan membeli cokelat dan minta maaf padanya di rumah.

Dengan ide itu, Jaeyeon memaksakan senyum dan berganti pakaian. Baru saja akan mengancingkan kemejanya, ponsel di saku jinsnya bergetar. Mina? Jaeyeon menjawab teleponnya dengan nada bingung, "Apa? Ada yang ketinggalan?"

"Tidak, tapi tebak apa yang kulihat? Priamu, di depan restoran."

"Hah?"

"Priamu. Kim Jongin."

Jaeyeon terperangah. Ia memutus sambungan, mengancing kemejanya buru-buru, dan melesat keluar.

***

Loveless CovenantWhere stories live. Discover now