Part 2

74 1 0
                                    

Aku terbangun dengan mata yang sedikit malas terbuka. Dengan kesadaranku yang telah kembali kedunia nyata, aku langsung bergegas menuju kamar mandi dan sesegera mungkin bersiap-siap menuju sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 06.15 wib, sial aku hanya memiliki waktu 15 menit untuk menuju kesekolah.

Dengan langkah terburu-buru aku segera turun melalui tangga. Aku sangat terkejut saat melihat Ibu dan Ayahku sedang duduk dimeja makan. Aku langsung memutar otakku untuk berfikir sejenak sejak kapan mereka sudah berada di rumah ini? Namun aku tidak ingin mengambil pusing terserah mereka saja secara mereka pemilik rumah ini. Aku langsung berjalan tanpa melirik mereka sedikitpun menuju pintu keluar, tetapi selangkah lagi aku sampai di depan pintu tiba-tiba ibu memanggilku.

"Tessa kamu engga sarapan dulu sebelum berangkat? ayo sayang sini kita sarapan bareng. Kamu memangnya enggak kangen sama ibu sama ayah?" Sambil menghampiriku dan menarik lenganku dengan halus untuk duduk dimeja makan agar bisa sarapan bersama dengannya.

Tapi dengan rasa malas aku langsung menghempaskan tanganku secara kasar dan pergi tanpa menanggapi kata-kata dari ibuku.  

Setibanya aku di sekolah bel sudah berbunyi sedari tadi. Kaki ku melangkah terburu-buru melalui koridor sekolah untuk sampai dikelas. Namun, sepertinya Dewi Fortuna tidak memihak kepada ku. Saat aku berjalan melewati murid-murid tanpa diduga dari arah berlawanan seseorang telah menabrak ku. Dengan rasa kesal dan emosi aku langsung bangkit dan memasang tampang tidak suka kepada orang yang telah membuang-buang waktuku. Ketika aku hendak membuka mulut untuk mencaci maki orang itu, tetapi dia malah berjalan melewatiku tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Setibanya aku di depan pintu kelas ternyata  pelajaran sudah dimulai. Aku membuka pintu kelas dengan sangat hati-hati sebisa mungkin tidak terdengar suara sedikitpun namun, tanpa diduga guru yang super duper killer itu menyadari kedatanganku yang secara mengendap-endap.. Sambil memandangku dengan tatapan garangnya. Bisa digambarkan seperti ikan lele dia memiliki kumis yang panjang dan bola mata yang hampir keluar dari tempatnya.

"Theressa!! kamu terlambat lagi pagi ini? Apa kamu tidak punya jam dirumah? Iya? Apa perlu Bapak belikan jam yang besar untuk kamu lihat dan kamu bawa setiap harinya?" Ucapnya sambil memarahiku terus menerus hingga tiada ujung.

Sambil memegang penggaris panjang yang tidak bisa dibayangkan seberapa tebal dan panjang penggaris itu jika mengenai tangan sedikit saja sakitnya akan sembuh dalam kurun waktu beberapa minggu.

"Em..anu pak em.., saat diperjalanan menuju kesekolah saya bertemu dengan pemadam kebakaran jadi saya harus mempersilahkan supaya jalan terlebih dahulu pak, karena sudah gawat darurat pak. Jadi saya harus mengalah maka dari itu saya terlambat." Ucapku terbata-bata sambil mencari-cari alasan yang bisa masuk akal agar guru killer ini mempercayai alasan ku.

"Theressa,Theressa menurut kamu Bapak percaya begitu saja sama kamu? Enggak THERESSA!!" Sambil berteriak, mungkin suaranya seperti bom yang menggelegar  terdengar sampai ke negara tetangga.

"Alasan kamu tuh semuanya hanya kiasan yang kamu buat-buat sendiri saja memangnya Bapak tidak tahu kamu punya akal licik untuk mengelabui Bapak? Bapak sudah paham dari gerak-gerik kamu berbicara itu berbohong. Kalau saja saat ini Bapak sedang tidak menjelaslan materi untuk persiapan ujian akhir semester akan Bapak berikan sarapan pagi untul kamu seperti biasanya Theressa!! Sudah sekarang kamu duduk untuk sementara waktu kamu bapak maafkan" Ucapnya sambil memandang jengkel kepadaku.

Oh gadis di batinku menari-nari riang seperti chiliders yang berkeliling-keliling sampai jungkir balik karena terlalu senang bisa terbebas dari hukuman guru kimia yang super duper killer itu.

Akhirnya aku duduk di bangku paling depan, seperti biasa aku selalu bertemu dengan sahabatku yaitu Liana Saraswati. Biasa aku memanggilnya Lili. Kami berteman sudah sangat lama, aku bertemu dengannya pada saat kami duduk dibangku taman kanak-kanak. Sampai saat ini kami selalu satu sekolah dan kemana-mana kami selalu bersama. Mungkin jika tidak ada Lili aku akan kebingungan jika ingin berkeluh kesah, selain kepada tanteku aku selalu menceritakan segalanya kepada Lili dari mulai kisah percintaan yang ku alami sampai lika-liku hidupku begitupun sebaliknya.

Kami sudah saling mengerti dengan sifat kami masing-masing, karena memang sudah seharusnya seperti itu, kami berteman bisa dibilang sudah sangat lama. Lili sangat baik kepadaku dia anak yang sangat ramah, cantik, baik, seperti Ibu Peri mungkin jika bisa digambarkan. Lili juga memiliki otak yang sama cerdasnya sepertiku, jadi kami tidak pernah mengalami kesulitan dalam menghadapi semua mata pelajaran. Bahkan kami sering bersaing dalam mendapatkan nilai, namun persaingan kami adalah persaingan yang sehat.


Give me your votes and comments

Tobe continued

Thankyou!!

Janji PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang