Part 10

19 0 0
                                    

Entah mengapa jika aku melihat muka adit ada rasa kasihan yang muncul dari dalam diriku, dan rasanya aku tidak bisa jika harus beralama-lama bermusuhan dengannya.

Apalagi jika aku melihat wajah dan mata coklatnya yang sudah aku rindukan, entah sejak kapan aku menyukai seluruh wajah adit. Saat ini, sepertinya sudah berabad-abad aku tidak melihat wajah itu.

"Sumpah demi apa? Lo maafin gua Theressa? Ini bener kan gak mimpi? Makasih ya Theressa hehe." Ucapnya sambil tersenyum dan secara sadar atau tidak dia membawaku ke dalam pelukannya.

Aku bisa merasakan deru nafasnya dan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya, sama seperti kejadian pada malam hari saat di puncak. Apakah dia merasakan perasaan yang sama kepadaku? Pertanyaan itu memutar di kepalaku. Tapi entahlah hanya Adit dan tuhan saja yang mengerti.

Gadis dibatinku menari-nari kegirangan karena setelah sekian lama kami bermusuhan akhirnya kami kembali berhubungan baik seperti semula.

Sangat nyaman berada di pelukannya, tapi tiba-tiba bel telah terdengar kembali yang menandakan bahwa waktu istirahat telah berakhir.

Akhirnya Adit melepaskan pelukannya dan menarik lenganku agar berjalan beriringan melalui koridor sekolah yang akan membawa kami ke kelas masing-masing. Sebelum aku masuk kedalam kelas Adit berbicara sesuatu kepadaku.

"Theressa nanti sepulang sekolah gua tunggu lo di sebrang jalan sekolah yak, jangan protes oke gua mau ngomong sesuatu sama lo. Sampai ketemu nanti dadah hehe." Ucapnya sambil berlari menuju kelasnya.

Aku masuk kedalam kelasku dengan senyum yang mengembang di bibirku, dan sudah sangat pensaran akan apa yang adit katakan kepadaku nanti sepulang sekolah.

Dan akhirnya bel pulang sekolah pun berdering sampai memasuki gendang telingaku, namun tidak seperti bisanya kelasku diberikan tugas tambahan oleh Guru kimia yang super duper killer itu.

Aku merasa kesal dengan guru kimia ini tidak biasanya dia memberikan tugas tambahan seperti saat ini. 30 menit berlalu akhirnya seluruh tugasku selesai segera aku kumpulkan dan mengemasi perlengkapanku lalu berlari keluar kelas dengan sangat tergesa-gesa karena merasa tidak enak dengan Adit.

Berlari dan terus berlari rasanya sangat lama sekali untuk menuju gerbang sekolah.

Sesampainya di depan pintu gerbang sekolah, aku melihat Adit di sebrang jalan sedang tersenyum kepadaku dan melambaikan tangannya. Akupun ikut membalasnya, dia berteriak dari sebrang jalan dan mengatakan bahwa dia yang akan ketempatku, dan aku disuruhnya untuk berdiam diri saja di tempat.

Suasana jalan sore hari ini berbeda dengan sore-sore biasanya, sangat ramai dengan kendaraan yang berlalu lintas dengan kecepatan yang melampaui batas.

Saat Adit ingin menyebrangi jalan, tiba-tiba dari arah kanan sebuah truk melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Sekuat tenaga aku berteriak agar Adit bisa mundur dan menghindari truk itu, aku bingung harus melakukan apa? Tetapi Adit tidak mendengar, dia malah melanjutkan jalannya tanpa melihat ke arah kanan dan kiri jalan.


Give me vote and comments you

Tobe Continued!!

Thankyou!!

Janji PetakaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora